Minggu, 01 Juni 2008

Toer naar de kampung Bandan en Antjol met Onthel


Hari ini 1 Juni 2008, aku mengikuti event Jelajah Komunitas Budaya ( KJB ). Sebuah event yang lama kunanti-nanti sejak lama. Akhirnya aku bisa ikut juga. Oke aku akan mencoba sharing pengalamanku hari bersama teman-teman pembaca.

Pagi jam 07.30 kita berkumpul di Museum Mandiri ( sebenernya ngaret sich gak jam 07.30 teng ). Kami harus registrasi ulang di banking Hall Museum Mandiri. Kami memdapat kelompok Tarumanegara. Sambil menunggu kelompok kami berangkat, kami menikmati welcome drink dan roti buaya sambil menonton film tempo doeloe. Di film itu terlihat bagaimana kesibukan orang-orang tempoe doeloe disekitar stasiun kota. Wiiii kayaknya asyik tuch. Belum sesemrawut sekarang.
Giliran kelompok Tarumanegara berangkat. Semua peserta naik ke ojek sepeda masing-masing. Let's go! dari museum mandiri kita berbelok ke kanan melewati Jl. Bank. Tampak sekali disana bangunan-bangunan tua. Sepeda terus meluncur ke kampung bandan. Sekarang kita menuju Stasiun Gudang. Sampai sekarangpun sepertinya jadi Gudang kalo melihat banyaknya kontainer yang nongkrong di sana. Stasiun Gudang ini dahulu adalah pusat perniagaan di Sunda Kelapa. Ada sedikit cerita tentang sunda kelapa ini. Sunda kelapa nama ini karena memang daerah ini termasuk daerah kerajaan Sunda. Kerajaan Sunda pernah menjalin hubungan dengan kerajaan portugis. Perjanjian ini menjadi perjanjian international pertama di Indonesia. Kerajaan Sunda menjalin hubungan dengan Kerajaan Portugis itu karena Sunda melihat kemajuan dan perkembangan kerajaan Demak. Tidak hanya di perdagangan tapi juga agama Islam yang disebarkan oleh kerajaan Demak semakin luas. Untuk menghindari agama Islam masuk ke kerajaan Sunda inilah maka dijalin kerjasama dengan portugis.

Panas yang menyengat, gersangnya gudang dan debu yang berhamburan masih membuat kami semangat. Perjalanan masih di kampung Bandan. Kali ini kita menuju makam keramat Kampung bandan. Makam ini adalah makam-makam orang arab yang membantu pembebasan perbudakan di kampung bandan. Ternyata bangsa kita pernah menjadi budak-budak bangsa asing. Di belakang makam ini terdapat masjid kampung bandan, yang saat inipun masih kokoh berdiri.



Perjalanan masih jauh, peluh pengucur membasahi tubuh. Selama perjalanan aku coba ngobrol dengan tukang ojek sepedaku. Akhirnya kami masuk kawasan Ancol. Tahu donk bagaimana panasnya Ancol. Wuihhh. Masuk di Jalan Pasir Putih Ancol, mata kita disuguhi rumah mewah. Kami cuman bisa cekkk, cekkkk. Dalam hati ini rumah siapa ya? yang punya kerja apa?

Akhirnya kami sampai pada next destination yaitu Benteng Ancol. Benteng Ancol ini bersebelahan dengan tempat rekreasi Ancol. Kalo kita sekilah melewati benteng Ancol ini mungkin kita tidak akan mengetahui kalo terdapat benteng Ancol yang termasuk dari sejarah Indonesia. Benteng ini memang tidak seperti benteng yang pernah lihat, bahkan yang aku bayangkan adalah bentengnya besar, kokoh, dan seram. Ternyata benteng Ancol ini kecil, mirip bangker tapi kecil dan terdapat lubang-lubang didepan bangunan. Pada umumnya benteng dibangun sebagai bangunan pertahanan. Tapi bagaimana dengan benteng Ancol. Menurut guidenya memang belum ada penelitian lanjutan tentang benteng ancol ini.

Perjalanan berlanjut ke klenteng Ancol. Klenteng ini salah satu yang tertua di batavia selain klenteng Jin de Yuan Glodok. Di belakang klenteng ini terdapat Makam Mbah Said Areli dato Kembang yang dikeramatkan. Di makam ini kita bisa mencoba peruntungan kita dengan menggunakan sebatang bambu. Awalnya rotan diukur sepanjang kedua tangan yang dilencangkan dan diukur panjangnya yang ditandai oleh sebuah tali. Kemudian rotan itu diasapi dan diukur kembali dengan tangan kita. Konon tanda itu bisa berubah sesuai dengan nasib kita. Wallahu'alam.

Next destination adalah taman fatahillah. Taman Fatahillah pada masa lalu digunakan sebagai alun-alun kota Batavia. Selain digunakan sebagai perayaan jika Ratu belanda ulangtahun juga digunakan sebagai tempat pemacungan atau hukum gantung. Disekitar taman fatahillah terdapat gedung tua peninggalan kolonialisme Belanda seperti Museum Sejarah jakarta, Kantor Pos, Batavia cafe, Museum Wayang, Museum keramik dan seni rupa. Di Museum Sejarah Jakarta terdapat penjara air. Pangerang Diponegoro dan Untung Suropati pernah menempati penjara tersebut. Dari taman fatahillah kita berjalan kaki menuju Museum Mandiri di pedestrian taman fatahillah. Disini juga masih kental sekali dengan bangunan-bangunan tua yang eksotik.
Selesailah rangkain perjalananku hari ini ditutup dengan makan siang dan atraksi barongsai. Wuihhh hari yang melelahkan namun sarat dengan sejarah masa lalu.

Tidak ada komentar: