Rabu, 19 November 2008

Pelajaran moral nomor Wahid

Pelajaran nomor Wahid adalah jangan berbohong. Karena jika suatu ketika menyadari kesalahanmu itu dan berusaha untuk memperbaikinnya kamu harus membayar mahal untuk itu semua. Tidak hanya dosa tapi semuanya akan terasa berat untuk dimaafkan dan diperbaiki.

Rabu, 12 November 2008

Comitment

Aku sebut comitment bukan pacaran. Istilah pacaran menurutku hanya untuk anak ABG yang sedang cinta buta. Menurutku komitment jauh lebih dalam. Comintment dibuat saat sebelum menikah atau masih dalam masa penjajakan. Menurutku komit itu seperti kita berada dalam lingkaran. Lingkaran kecil yang didalamnya hanya berdiri diri kita sendiri. Masing2 berdiri dilingkarannya sendiri2. Laki2 dilingkaran nya perempuan dilingkarannya sendiri. Kemudian 2 org yang sedang berkomitment hanya dihubungan dengan seutas tali tipis. Mereka tidak boleh bersatu dalam satu lingkaran. Karena aturannya mereka hanya akan bersatu dalam satu lingkaran jika mereka telah menikah.

Hanya seutas tali tipis saja yang menghubungkan mrk. Tali yang sangat tipis, jangankan dipotong talinya, tali ini bisa rantas hanya dengan sebuah hembusan angin. Angin itu bisa ego pasangan dari pasangan itu sendiri. Jadi tali itu bisa putus tanpa harus dipotong oleh seseorang.

Dan kemudian jika sepasang sejoli ini menikah maka leburlah 2 lingkaran itu menjadi lingakaran besar yang dihuni oleh sepasang manusia dan semakin hari lingkaran itu akan bertambah besar karena mereka harus beranak pinak.

Seribu Hari

Seribu hari telah berlalu,
seribu hari yang tak terasa telah aku lalui sendiri,
seribu hari sejak perjumpaan terakhir kami,

Berapa panjang jalan telah aku lalui dalam seribu hari,
Berapa banyaknya airmata yang keluar dalam seribu hari,
Betapa kesepian melanda dalam seribu hari,

Seribu hari yang memberi seribu makna kehidupan,
seribu hari waktu yang menyadarkan aku betapa aku sangat...sangat kecil,
seribu hari yang membawaku lebih bisa memahami seseorang,
seribu hari yang membawaku lebih bersyukur,

Seribu hari,
ya sudah seribu hari,
sudah seribu hari berlalu
tapi masih banyak ribuan hari menantiku, wallahu'alam

Pulang ke Rumah

Lama sudah aku pergi, tidak pulang ke rumah lagi. Jalan kutempuhi tiap hari, tapi belum kutemukan apa yang kucari. Sekarang aku ingin pulang kembali ke rumahku lagi. Sedikit istirahat dan meneguk air yang menenangkan hati.

Rabu, 15 Oktober 2008

Cinta Sejati

Kehidupan dunia bagaikan impian, cinta datang dan pergi sesuka hatinya. Tak peduli meski telah meninggalkan rasa sakit, meninggalkan rasa pedih dalam hati kita. Dia bagaikan racun yang terasa manis, bagaikan air yang mamabukkan. Pertama-tama diberinya rasa nikmat dan kebahagiaan, serasa kita dilambungkan ke atas awan. Tetapi tiba-tiba saja kita dihempaskan kedalam lubang yang sangat dalam, yang membuat kita serasa tidak akan mampu bangkit lagi, membuat kita merasa enggan untuk hidup, tapi matipun tak boleh. Membuat kita mempertanyakan lagi, itukah arti cinta ?

Cinta memang suatu misteri terbesar hidup manusia. Entah berapa banyak manusia yang telah rela mengorbankan hidupnya demi cinta. Entah berapa banyak manusia yang sanggup mengambil nyawa orang lain demi cinta. Entah berapa banyak orang menderita bahkan gila karena cinta. Kalau begitu apakah cinta itu sesuatu yang jahat ?

Kata para filosof cinta itu adalah sesuatu yang murni, sesuatu yang suci, yang tidak akan pernah meninggalkan rasa sakit dalam hati kita. Lalu apakah sebenarnya yang menimbulkan rasa sakit dan pedih itu ? Semua perasaan sedih, sakit dan menderita sebenarnya timbul dari nafsu kita. Semua itu hanyalah karena angan-angan dan impian kita. Angan-angan bahwa kita akan bahagia jika bersama dengan orang yang kita cintai. Impian untuk mendapatkan kebahagiaan dari orang yang kita cintai. Dari angan-angan dan impian itu kemudian timbul nafsu dan keinginan kita untuk memiliki apa yang kita cintai. Inilah sebenarnya sumber bencana yang telah kita undang sendiri datangnya. Padahal belum tentu kita akan bahagia bila bersama dengan orang yang kita cintai. Kesalahan terbesar yang selalu kita lakukan adalah selalu mencari orang yang bisa membahagiakan kita. Coba kita bertanya pada diri kita, pernahkah kita mencari seseorang dengan tujuan agar kita bisa membahagiakan orang tersebut?

Ada hal lain lagi yang patut juga kita pertanyakan. Sesungguhnya apakah yang kita cintai dari orang lain itu? Apakah karena dia sesuai dengan keinginan kita, karena sesuatu yang kita cari-cari kebetulan ada padanya ? Sungguh sangat dangkal sekali pengertian cinta kita. Sebab begitu orang itu sudah tidak sesuai dengan keinginan kita, ketika ada sifat-sifatnya yang ternyata bertentangan dengan kita, kita berbalik membencinya. Ketika orang itu sudah tidak lagi memberikan kebahagiaan kepada kita, maka rasa cinta kita juga ikut hilang. Lalu sebenarnya seperti apakah cinta sejati itu ? Seperti apakah cinta yang tulus, suci dan murni itu ? Adakah cinta seperti itu di dunia ini? Sebenarnya hanya ada satu cinta yang seperti itu, ialah cinta milik Allah yang Maha Besar, Maha Mencinta dan Maha Suci. Dari cinta Allah itulah kita bisa belajar cinta sejati.

Cinta sejati adalah cinta tanpa pamrih, terbebas dari nafsu dan keinginan, terbebas dari rasa ingin memiliki. Cinta yang tulus hanya bisa memberi, memberi, dan memberi, tanpa memikirkan apa yang akan diterima. Sebagai manusia memang sangat sulit sekali untuk mencapai taraf seperti itu. Sangat sulit sekali untuk memisahkan antara cinta dan nafsu, sebab setiap orang dari lahir sudah membawa kedua hal ini secara bersama-sama dan akan terus melekat dalam hidup kita. Yang bisa kita lakukan hanya menekan seminimal mungkin pengaruh nafsu terhadap cinta kita.

Cinta adalah anugerah Allah yang diberikan kepada manusia dan cinta itu bergerak bebas sesuka hatinya. Tidak ada seorangpun di dunia ini bisa menciptakan cinta di hatinya, bahkan hanya untuk mempertahankan keberadaannya di hati saja sangat sulit. Sebagai manusia kita hanya bisa berusaha agar cinta mau tumbuh dan berkembang dalam hati kita. Karena cinta itu adalah sesuatu yang suci, maka satu-satunya cara agar cinta bisa terus tumbuh dan berkembang dalam hati kita adalah dengan menyucikan hati kita. Bersihkan hati kita dari nafsu, dengki, amarah, buruk sangka, dan semua hal yang meracuni hati kita, niscaya kita dapat merasakan cinta yang murni dalam hati kita. Hanya dengan keimanan dan rasa tawakal kepada Allah, maka Dia akan menganugerahkan cinta dan kebahagiaan dalam hati kita.

Salah satu tanda cinta yang murni adalah kita dapat merasakan bahwa kita dapat mencintai siapapun didunia ini, termasuk orang-orang yang menyakiti kita. Hati kita akan dipenuhi oleh rasa maaf dan menerima yang teramat besar. Kita mampu menerima orang lain dengan segala kebaikan dan keburukannya, dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada lagi rasa benci dan sakit hati. Cinta dan jodoh tentu saja dua hal yang sangat berbeda. Cinta adalah sesuatu yang bisa kita rasakan, bisa kita ketahui keberadaannya di hati kita. Sedangkan jodoh adalah adalah rahasia Sang Pencipta. Kita tidak akan pernah tahu siapa jodoh kita, dan akan berapa lama kita berjodoh dengannya. Akan tetapi ketika cinta yang suci telah kita dapatkan dalam hati kita, maka kita tidak akan lagi kuatir tentang jodoh. Kita akan bisa mencintai dengan penuh kebebasan, tanpa perlu memikirkan untuk memilikinya. Dengan adanya kepasrahan bahwa Allah yang telah mengatur semua kehidupan kita, maka tidak akan ada lagi kesedihan ketika jalinan cinta harus berakhir. Semua yang Allah berikan pasti adalah yang terbaik buat kita, dan akan bisa kita terima dengan penuh kelapangan hati.

Sesungguhnya manusia tidak diberi pengetahuan, melainkan hanya sedikit. Dari ketidaktahuan manusia itulah akhirnya banyak yang terjebak oleh pernak perniknya kehidupan dunia, termasuk masalah cinta. Hanya orang-orang yang mau belajar dan mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup yang akan bisa menemukan kearifan dan kebahagiaan.

Andi Kuswandi
Yogyakarta, hari ketiga belas di bulan Februari 2005

Jumat, 26 September 2008

Laskar Pelangi by nidji

mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya

laskar pelangi takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
warnai bintang di jiwa

*menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada yang kuasa
cinta kita di dunia selamanya

Kamis, 04 September 2008

Menulis

Baru dua hari, aku minta teman-temanku mampir ke rumahku. Aku langsung mendapat comment yang cukup membuat hatiku hancur. Inilah yang aku takutkan selama ini. Hampir saja aku berniat untuk merubah alamat rumahku. Aku sangat merasa aku belum lah apa-apa untuk menulis. Cuma bisa menulis curahan hati saja. Tapi apakah aku sepecundang itu? Tidak ! Aku tidak mau jadi pecundang yang hanya mendapat sekali kritis langsung hancur. Seperti kata salah seorang penulis yang pernah aku datangi workshopnya bahwa yang harus dilakukan oleh seorang penulis adalah MENULIS, MENULIS, MENULIS DAN MENULIS. Aku memang bukan seorang penulis, tapi aku akan selalu menulis, menulis dan menulis.

Selasa, 02 September 2008

P O W E R

Setiap hari, setiap jam, setiap menit dan setiap detik dalam kehidupan kita pastilah kita butuh kekuatan atau POWER. Power ini sangatlah vital bagi kehidupan kita tanpanya kita tidak dapat beraktivitas. Untuk mendapatkan power ini kita bisa dapatkan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat. Ini untuk power fisik kita. Lalu bagaimana dengan power batin atau hati kita? Apakah hati kita juga butuh power? Butuh, sangat butuh. Apalagi di Bulan Ramadhan ini, kita sangatlah membutuhkan untuk menunjang ibadah kita. Lalu apakah power untuk hati kita?
POWER itu adalah :

P : Pelajari sejarah orang-orang besar.

O : Obati hati dengan Al-Qur'an.

W : Waspada terhadap maksiat

E : Enyahkan kemalasan ibadah

R : Rajin ikut kajian / pengajian

Semoga dengan power yang kita punya, ibadah puasa kita tahun ini lebih bermakna

Senin, 01 September 2008

Low Batt Bathin

Pernahkan anda merasa drop baterai bathin atau low batt bathin. Yang low batt bukan hanya HP ajah loh, bathin kita ada kalanya juga low batt. Trus gimana charge nya donk? Emang ada charger bathin? Ada donk, mau tahu gimana charge bathin:
1. Ambil air wudhu, sholat sunnat 2 rakaat. Tambah energimu dengan mendekatkan diri kepada Sang Pemilik Kekuatan.
2. Ambil Al-Qur'an, dan dibaca dengan maknanya akan menghasilkan power yang lebih tahan lama
3. Bagi mbak-mbak yang sedang kedatangan tamu bulanan, jangan takut perbanyaklah dzikir
4. Datangi majelis-majelis taklim ,mengkaji Ilmu dan bertemu teman-teman yang selalu mengingatkan dalam hal kebaikan itu charger yang ampuh juga lho.
Selamat mencoba, semoga gak low batt bathin lagi dan bisa menjalani hidup ini dengan penuh kebahagiaan dan mendapat ridho dari Allah SWT.
Amin.

Ramadhan, Al-qur'an dan Terapi Hati

Subhanallah wal Alhmadulillah. Akhirnya kita masih bisa diberikan umur sehingga masih bisa bertemu dengan Bulan Ramadhan. Begitu memasuki bulan suci ini, langsung tercium aroma wangi Bulan Suci ini. Aroma dan suasana yang tidak pernah kita dapati dan rasakan di bulan-bulan yang lain. Alam hening, pohon tertunduk, angin berhembus dengan tenang seolah mereka sedang bertasbih mengagungkan namaNya dan mendengarkan lantunan ayat suci yang berkumandang di dalam mushola-mushola, masjid - masjid, bahkan di rumah-rumah. Masjid dan mushola yang awalnya hanya ramai di hari Jumat siang kini malam hari ramai jamaah yang menunaikan sholat tarawih. Anak kecil berlari riang dengan baju koko dan peci barunya.
Siang hari yang terik tidak lagi menjadi keluhan karena sedang menjalankan ibadah puasa dan hanya berharap limpahan pahalanya. Bagi yang tidak biasa bermunajah di sepertiga malam mereka asyik menikmati mimpi-mimpinya kini harus terjaga untuk sahur. Sebuah bulan yang penuh berkah yang sangat dinanti oleh jutaan umat muslim di dunia.
Ramadhan sangatlah istimewa bagiku mungkin juga bagi jutaan umat muslim. Tapi Ramadhan ku di tahun 2006 adalah Ramadhan yang paling berkesan mungkin dalam hidupku saat ini. Ramadhan pertama setelah kekasih hatiku ( suamiku ) dipanggil oleh Sang Khalik. Ramadhan pertama setelah pernikahanku yang sangat kuimpikan bisa menjalankan ramadhan bersama keluarga kecilku, kuimpikan aku akan menuai banyak pahala karena tidak hanya berpuasa untuk diriku sendiri tapi juga aku akan menjadi seorang istri yang jika dengan ikhlas menjalankan peranku sebagai istri maka pahalaku akan berlipat ganda apalagi di Bulan Ramadhan. Tapi ternyata Sang Penguasa Hidupku berkehendak lain. Akhirnya aku harus melalui ramadhan sendiri, tanpa suami tercinta disisi. Ramadhan saat itu begitu sangat menyedihkan, tapi untunglah ada keluarga yang selalu mendampingiku. Dan sebagai obat hatiku, adikku selalu mengajakku untuk tarawih di Masjid Agung Semarang. Masjid yang besar dan megah dengan desain perpaduan antara jawa dan timur tengah itu kalo menurutku, saat itu pembangunannya belum selesai 100 %, para pekerja tiap malam masih bekerja sehingga membuat kami para jama'ah kadang merasa terganggu tapi itu tidaklah menjadi masalah jika niat untuk datang ke masjid ini adalah untuk ibadah kepada Allah. Sebenarnya bukan megahnya masjid ini yang membuatku selalu ingin datang ke sini, tapi lantunan ayat suci dari imam masjid yang juga seorang hafidz. Sholat Tarawih di masjid Agung ini sebanyak 23 rakaat dan setiap hari menhatamkan 1 juzz Alqur'an. Sehingga jika rajin rutin mengikuti sholat Tarawih selama 30 hari atau satu bulan penuh sama dengan menghatamkan satu Alqur'an. Subhanallah.
Mendengarkan bacaan Alqur'an bagiku adalah terapi hati, apalagi saat itu ketika cobaan datang, kesedihan melanda dan hatiku hancur. Dengan terapi hati inilah aku bisa menerima semuanya dengan ikhlas, menyadari siapa diri kita sebenarnya. Bahwa kita adalah kecil dan tanpa pertolonganNya kita bukanlah siapa-siapa. Jika engkau sedih, terhimpit dalam masalah obat yang paling mujarab adalah ambillah Al-quran, surat apapun yang buka dan kau baca kau akan menemukan obatnya disana.
Cukup Allah Penolongku dan Allah Sebaik-baiknya Pelindung.

Sabtu, 30 Agustus 2008

Akhirnya datang juga

Akhirnya HUJAN datang juga.

Sudah terlalu panas aku rasakan di kota ini.

Ingin kesejukan yang menyirami hati.



Musim hujan datang lagi,

ingin aku bertemu pelangi,

menciumnya harumnya bau tanah basah,

basah oleh gerimis,

terselimuti mendung yang gelap tapi indah,

angin yang berhembus sekalipun dingin,

nyanyianmu yang awalnya riang and kemudian menjadi gemuruh,


Akhirnya HUJAN datang juga, hujan selalu mengingatkan aku pada sebuah kenangan yang takkan pernah lekang oleh waktu. Meskipun Petirnya, bergemuruh, menyambar

Kau akan selalu kurindu

Rabu, 27 Agustus 2008

Warisan dari Bapak-bapak kita


Jangan heran kalo kita lihat KRL di Jabotabek tiap hari penuh sesak oleh penumpang. Terutama di atas kereta. Pemandangan yang sudah lazim sepertinya buat para pengguna jasa KRL Jabotabek. Penumpang yang tidak kebagian kursi akan berdiri dan berjubel-jubel di dalam kereta, sementara yang tidak kebagian di dalam kereta akan bergelantungan di depan pintu, di antara sambunagn kereta bahkan di atas atap kereta. Pernah hal ini disorot oleh sebuah program televisi swasta. Karena bahayanya naik di atas kereta ini. Jawaban dari para penumpang beragam ada yang karena tidak mendapatkan tempat duduk di dalam, sampai dengan alasan biar kelihatan gagah. Sekalipun telah ditertibkan oleh petugas stasiun tapi lagi...lagi....dan lagi diulangi lagi. Sekalipun telah menelan korban tapi sepertinya mereka tidak pernah jera dan sadar.

Saya sangat resah sekali dengan sikap sebagian penumpang ini, bagaimana tidak karena ini akan sangat membahayakan jiwa mereka sendiri tapi mereka tidak mau peduli. Tapi setelah saya mengikuti suatu event yang saat itu mengambil tema Stasiun dan diperlihatkan bagaimana perkeretaapian Indonesia tempo doeloe dan ada sebuah foto yang ternyata penumpang naik ke atas atap kereta itu bukan masalah saat ini saja. Namun pada jaman dulu pun ternyata sudah terjadi. Akhirnya saya berpikir ternyata itu adalah perbuatan warisan dari bapak-bapak kita. Ternyata bangsa kita yang terkenal susah diatur ini adalah warisan leluhur kita. Ternyata kita mewarisi sikap buruk bangsa kita tempo doeloe. Kalo sudah tahu demikian, bagaimana sikap kita apakah mau tetap mengikuti sikap buruk warisan pendahulu kita atau mau berusaha memperbaikinya agar kita menjadi bangsa yang besar, bersikap lebih santun dan lebih mudah diatur. Keputusan ada di tangan anda?

Selasa, 19 Agustus 2008

Ijinkan aku membahagiakannya

Ya Allah, ijinkan aku membahagiakan seseorang yang telah begitu besar jasanya padaku, dari mulai dalam kandungan hingga detik ini. Doa yang selalu tak putus-putus dari bibirnya untuk semua anak-anaknya. Mata yang yang tak pernah terpejam di sepertiga malamMu. Kasih sayangnya yang mengalir bak anak sungai yang tiada pernah pengering.

Ya Allah, ijinkan aku membahagiakan ibuku, karena hanya Kau yang mengetahui rahasia umur kami. Sebelum waktu berhenti, sebelum kami terpisah oleh ruang dan waktu. Ijinkan aku membuat ukiran senyuman kebahagiaan di wajahnya, kelegaan dalam hatinya.

Ya Allah, yang aku tahu saat ini aku punya sebuah PR besar untuk bisa membahagiakan ibuku, tapi aku tak mampu melakukannya dan aku tak mampu memutuskannya. Dan hanya kekuasaan dari Mu yang dapat mewujudkannya.

Ya Allah, Ijinkan aku membahagiakannya.

Karena Allah Sayang Aku

Mata yang bengkak karena airmata membuat aku memejamkan matanya sejenak sebelum aku beranjak dari tempat tidur. Badanku lemah, lemas, panas.
“ Sayang, Kalo memang masih sakit jangan dipaksakan untuk turun dari tempat tidur”. Kata ibunya yang tiba-tiba bangun-bangun dari sofa.
“ Gak papa kok bu, saya mau ke kamar mandi.”
Dituntun tangan kiriku oleh Ibunya, sedangkan tangan kananku harus memegang botol infuse yang jarumnya yg masih menusuk pergelangan tanganku. Butuh cukup waktu di kamar mandi karena sangatlah susah harus membuang hajat dengan kondisi seperti itu. Setelah dari kamar mandi aku kembali ke tempat tidurnya. Sudah dua hari ini harus istirahat di Rumah Sakit Kariadi Semarang Ruang Cenderawasi kelas 1, karena ternyata aku kena demam berdarah. Penyakit yang sangat aku benci, karena penyakit inilah yang telah merenggut nyawa suamiku dan kini akupun sedang sekarat berjuang untuk lepas dari penyakit ini. Kubaringkan tubuh kurusku dikasur. Pergelangan tanganku mulai pegang karena jarum infuse dan mungkin karena aku sering gerak, aku lihat darah diujung jarum. Sakit..sakit..sakit..tidak hanya pergelangan tanganku saat ini tapi hati ini, seperti harus menahan batu besar dan rasanya aku berteriak. Airmataku menetes lagi, kuusap dengan tangan kiri.
“ Sudahlah sayang, jangan menagis terus. Direlakan saja. Kamu tahu kalo kamu menangis akan menghambat perjalanannya. “
Tapi apakah aku tidak boleh menangis sedih karena kematian suamiku, haruskan kutahan ini semua, sementara dadaku mulai sakit menahan sesaknya dorongan dari dalam hatiku yang seakan ingin mengedor pintu kepiluanku.
“ Istighfar, sayang. Istighfar!”
Tangisku mulai meledak, kurangkul erat tubuh ibuku. Tidak henti-hentinya ibuku mengucapkan Istighfar, untuk mengingatkanku.
“ Astagfirullahal adzin, astagfirullahaladzin….”
Tapi bibirku begitu kelu untuk mengucapkannya, hingga akhirnya Ayahku mendengar jeritan tangisku masuk ke dalam kamarku.
“ Istighfar !!! tidak sepantasnya seorang Muslim yang kehilangan sesuatu harus menangis dan berteriak seperti itu. “ Suara kerasnya membuat aku menurunkan suara jeritanku.
“ Kamu masih punya iman kan? Istigfar kamu!
Kemarahan Ayahku meledak. Tangisku mereda dan kucoba mengucapkan Istigfar.

Seribu pertanyaan hadir didalam benakku, mengapa harus aku yang mengalami, mengapa hal ini terjadi padaku, mengapa suamiku harus pergi di hari kebahagian kami, mengapa….mengapa….mengapa…..? Airmataku menetes lagi sekalipun masih bisa aku tahan. Astagfirullah….astagfirullah….astagfirullah dan dari ribuan pertanyaan ku ini hanya satu jawabannya yaitu Karena Allah Sayang Aku

Politik.....

Aku bukan pengamat politik, aku juga gak ngerti-ngerti amat masalah politik. Tapi aku sering melihat berita tentang politik dan kemudian gregetan sama orang2 politik. Kadang gak habis pikir dengan mereka. Sebenarnya apa yang mereka mau, apa yang mereka pikirkan, apa yang ada dibenak mereka benar2 kadang membuat aku gregetan.

Tidak kah mereka tahu bahwa segala sesuatu di muka ini nantinya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT, Tidak kah mereka sadar bahwa yang di dunia ini fana.
Benar-benar tidak habis pikir aku jadinya.

Kamis, 14 Agustus 2008

Puisi Untuk Pencari Cinta

Duhai jiwa yang mendamba jiwa
Bangunlah dari mimpimu
Sadarlah dari mabukmu
Jangan kau tuang lagi anggur cintamu

Duhai sukma yang menderita
Didera oleh rasa perih yang mendalam
Jauhkan dirimu dari api cinta
Panasnya telah membakar jiwamu

Duhai pencari cinta sejati
Pengembara tanpa arah dan tujuan
Berhentilah sesaat
Renungkanlah sejenak

Tiada cinta melebihi cinta-Nya
Tiada kasih melebihi kasih-Nya
Dia-lah kekasih sejati
Samudera cinta yang takkan habis

In memoriam Andi Kuswandi

Kamis, 07 Agustus 2008

Surat untuk Adinda

Adinda,
apa yang sedang kau cari?
Kau lalui hari tanpa henti,
Kau bergerak laksana angin.

Adinda,
Aku tahu kesedihanmu,
Aku tahu penderitaanmu,
Aku tahu kegusaraanmu,

Adinda,
Kau sembunyi dari balik ketegaran semumu,
Aku melihat airmatamu,
yang selalu kau seka di balik punggungku,

Adinda,
Kau sedang mencari sesuatu,
sesuatu yang hilang dari hidupmu,
sesuatu yang indah yang menghiasi senyum dibibir indahmu,

Adinda,
Berjalanlah sejauh kau mau,
Berlarilah secepat kau inginkan,
Berhembuskan segala penjuru,
Mungkin dengan ini kau akan dapatkan apa yang kau cari

Senin, 28 Juli 2008

Cobaan itu bukan hanya milikku

Saat aku mendapatkan cobaan aku bertanya atau berpikir, Mengapa Allah memberikan cobaan ini padaku, bukan kepada yang lain? Tapi tahukah bahwa saudara2 kita juga mendapatkan cobaan seperti kita juga. Hanya saja berbeda cobaan yang menimpa kita. Karena Allah SWT menurunkan cobaan kepada hambaNya sesuai dengan kadar keimanan hambaNya. Dan Allah SWT menurunkan cobaan satu paket dengan hikmah dan juga solusinya. Sehingga jangan pernah takut jika kalian mendapatkan cobaan dari Allah. Karena itu membuktikan bahwa Allah masih sayang padamu.

Dan aku ingat ketika cobaan itu datang, selain membuktikan Allah sayang padaku, membuka mataku juga bahwa orang-orang disekitarku juga sangat menyayangiku yang mungkin selama ini kita tidak pernah memperhatikannya. Dan ternyata cobaan itu bukan hanya milikku. Buktinya ketika cobaan itu datang, ketika aku menangis, mereka juga ikut menangis, ketika aku bersedih, mereka juga sedih, dan tak henti-hentinya mereka lantunkan doa buatku. Ini membuktikan kesedihan akibat cobaan ini bukan hanya milikku tapi juga milik mereka. Orang-orang selalu menyayangiku. Keluargaku, teman-teman, sanak saudara dan tetangga. Dan ketika aku harus bersabar dan bertawakkal mereka selalu ada disampingku, menguatkankanku, menggenggam tanganku.

La Tahzan, Inna Allaha ma'ana.

Rabu, 23 Juli 2008

Rinduku pada Tengaran

Enting-enting gepuk, tahukah kamu makanan enting-enting gepuk. Makanan khas salatiga yang terbuat dari kacang dan gula. Tapi bukan rasa makanan ini yang ingin aku tulis. Tapi kota salatiga asal makanan ini yang aku ingin bahas. Karena aku tiba-tiba teringat kota ini ketika hari ini aku menikmati enting-enting gepuk oleh-oleh dari seorang teman di Salatiga.



Manisnya enting2 gepuk ditambah dinginnya AC ruanganku langsung membuatku teringat suasana di Salatiga. Aku pernah tinggal di kaki gunung Merbau. Tepatnya di desa Tengaran ini beberapa kilo dari kota Salatiga sendiri, perbatasan Ampel dengan Boyolali.



Masih teringat jelas kabut yang menyelimuti tempat kami tinggal, karyawan penetasan ayam, dinginnya angin pagi yang menusuk tulang. Karyawan ini berangkat kerja setelah sholat shubuh dan berjuang melawan dinginnya pagi, disaat yang lainnya merapatkan selimut mereka. Pekerja2 ini sudah harus di spray desinfektan 2 kali, mandi dan juga ganti seragam 2 kali.



Saat mimpiku belum selesai kunikmati, saat mataku masih terpejam, saat tubuhku menggigil kedinginan. Aku harus bangkit berjuang melawan itu semua. Bulan saja masih belum beranjak dari peraduan. Tapi ayam-ayam kami sudah berteriak kepanasan. Kami harus bergegas untuk melaksanakan tugas kami.



Desa Tengaran yang damai, rinduku padamu. Rindu pada dinginnya pagi, rindu pada bau tanahmu, rindu pada kabut yang selalu menemani langkahku, rindu pada senyum dan ramahnya pendudukmu. Ingin suatu hari nanti aku menjengukmu. Karena banyak kenangan yang tak terlupakan di sana. Ada rindu, banyak cerita , cerita cinta yang tertinggal, cerita cinta yang tak sampai, air mata kebahagiaan, bunga kasmaran, air mata kekecewaan dan kesedihan bahkan kenangan bersama cintaku yang telah pergi untuk selamanya.

Jumat, 18 Juli 2008

Jihad Ibu

RasulullahSAW bersabda, ''Setiap jerih payah istri di rumah sama nilainya denganjerih payah suami di medan jihad.'' (HR Bukhari dan Muslim).Pada dasarnya, Islam telah memberikan keistimewaan kepada para istri untuktetap berada di rumahnya. Untuk mendapatkan surga-Nya kelak, para istri cukup berjuang di rumah tangganya dengan ikhlas. Tetesan keringat mereka di dapur dinilai sama dengan darah mujahid di medan perang. Menjadi ibu rumah tangga kedengarannya memang sepele dan remeh, hanya berkecimpung dengan urusan rumah dari A-Z, namun siapa sangka banyak sekali kebaikan dan hikmahyang dapat diperoleh. Ibulah yang mengambil porsi terbesar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi.
Pertumbuhan suatu generasi bangsa pertama kali berada di buaian para ibu. Di tangan ibu pula pendidikan anak ditanamkan dari usia dini, dan berkat keuletan dan ketulusan ibu jualah bermunculan generasi-generasi berkualitas danbermanfaat bagi bangsa dan agama. Dalam Islam, ini adalah tugasbesar, namun sangat mulia dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ''Seorang istri pemimpin di rumahsuaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya. '' (HR Bukharidan Muslim). Sayangnya, kebanyakan wanita modern saat ini tidak menyukai aktivitas rumah tangga. Mereka lebih bangga bekerja di luar rumah karena beranggapan tinggal di rumah identik denganketidakmandirian dan ketidak berdayaan ekonomi. Maka, jadilah peran ibudi rumah dianggap rendah, dan tidak sedikit ibu rumah tangga yang malu-malu ketika ditanya apa pekerjaannya.
Meskipun seorangwanita tidak bekerja setelah lulus sarjana, ilmunya tidak akan sia-sia,sebab ia akan menjadi ibu sekaligus pendidik bagi anak-anaknya.Kebiasaan berpikir ilmiah yang ia dapatkan dari proses belajar dibangku kuliah itulah yang akan membedakannya dalam mendidik anak. Seorang ibu memang harus cerdas dan berkualitas, sebab kewajiban mengurus anak tidak sebatas memberi makan.Ia harus mampu merawat dan mendidik anak-anaknya dengan benar, penuh kasih sayang,kesabaran, menempanya dengan nilai dan norma agama agar sang anak mampumenghindar dari pengaruh lingkungan dan kemajuan teknologi yang merusakakal dan akhlaknya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh seorang ibu yangcerdas. (Siti Yuliati ) Sumber : Republika

Selasa, 15 Juli 2008

Aku dan Stasiun Tua

Aku masih disini,
Duduk dibangku kayu tua ini,
Menunggu berangkatnya senja utama lagi,

Aku masih disini,
Sambil tersenyum melambaikan tangan,
Tanda perpisahan bahwa engkau takkan kembali,

Aku masih disini,
Di stasiun tua ini,
Sendiri mengantar kau pergi,
Melihat kau berdiri di pintu sambil berlalu pergi.

Aku masih disini,
Mengantarmu untuk yang terakhir kali,
Dengan rindu yang telah kau bawa pergi.

Minggu, 13 Juli 2008

PLESIRAN TEMPO DOELOE: Spoorwegstations di Djakarta

By Adep
Minggoe pagi tanggal 13 boelan Juli tahon 2008 djam poekoel 07.30 sampe klaar djam 2an siang yah..
Moengkin banjak diantara kita orang jang pendoedoek Djakarta ini blom pernah rasahken ni'matnja naek trem, sebab-sebab itoe trem soeda di-breidel pada djemannja Bung Karno, kerna ada jang bilang itoe apparaat (eh iya nih aparat itu sebenernya artinya alat yah, kalo sekarang kan pak pulisi atau tentara)
transportatie sangetlah Belanda, brisik, semrawoet poela, dan tida' enak didenger boenjinja jang kerap menderit tatkala liwati djalan besar, dan djoega sering tabrakken orang sembarangan kerna itoe ladjoe trem tempo-tempo trada dibatesin ketjepetannja, sehingga kadang soeka "slonong boy" hantem sana, hantem sini, bahkan perna soeatoe waktoe itoe trem kassie tabrak orang di djalan selang 4 djam !!!

Adddduuuuh, djadinja bener dong alesannya moesti diapoes... Udah gitu yang, trem itu kan berada di bawah instansi bernama N.I.T.M, kependekan dari Nederlandsch Indishe Tramweg Maatschappij, namoen kerna seringnja itoe apparaat transportatie bikin orang semapoet, maka orang Djakarta di djeman doeloe lebi seneng kassie arti itoe N.I.T.M sebagi: Naek Itoe Tentoe Mati !!! walaaaahh..

Okeh, tentang trem ini, juga ada perusahaan yang mengoperasikan trem, bernama B.V.M atau Bataviasch Verkeer Maatschappij, yang kemudian berganti nama menjadi PPD, yah PPD yang sekarang ini sering berseliweran di jalanan Ibu Kota. PPD atau Peroesahaan Pengangkoetan Djakarta, sekarang idoepnja serasa idoep segen mati tak mahoe, alias ngos-ngosan tenaga- nja, sehingga kwaliteit kerdjanje menoeroen. Kitaorang aken rasahken ketoeroenan daripada B.V.M ini, ia itoe PPD tadi, maka dari itoe oentoek plesiran tanggal 13 mendatang kitaorang aken tjobain doedoek di bangkoe bus ini, tetapi kerna kemaren-maren kitaorang tjoba tjari bus jang bermontjong boeaja soeda tida ada kerna faktor oesia jang keliwat oedzoer, maka
boeat ini tempo kitaorang aken naekin Bus PPD jang ber-ac (Jakarta panas gila! butuh AC!) Yah, naek Bus PPD AC sembari mengenal masa kedjajaan Bus PPD di tahon 50an, 60an, 70an, tatkala kitaorang poenja orang toea misih merasahken begimana soesahnja idoep di Djakarta!

Perdjalanan naek Bus PPD ini aken kitaorang laksanaken dari Station Manggarai menoedjoe ke Station Tandjong Priok, jang seblomnja kitaorang naekin Trein (bok, bahasa belandanya kereta api itu trein yah, bukan sepur -dari kata spoor- karena kalo spoor itu artinya jalur, inget yah!!!) Selama naek trein economie dari Station BEOS (sekarang Stasiun Jakarta Kota), kitaorang aken ditjeritaken riwajatnja oleh: teman-teman dari IRPS (Indonesian Railway Preservation Society), jang demen betoel dengen segala sasoeatoe jang berhoeboengan dengen doenia perkeretaapian.

Tentoe kitaorang aken dikassie perihal functie (fungsi) dari pernak-pernik kereta api jang dinaiki, brikoet pendjelasan perkara asal-moeasal bilangan (kawasan) dan station trein kitaorang liwati pada hari Minggoe itoe, moelai dari Station Djakarta Kota, Station Djajakarta, Station Mangga Besar, Station Sawah Besar, Station Djuanda, Station GondangDia, Station Gambir, hingga ke Station Tjikini dan berachir di Station Manggarai. ach toean dan njonja aken poeas diboetnja!
Dari Station Manggarai ini kitaorang berdjalan kaki barang sedikit goena samperin sala satoe loko listriek jang ada di Batavia, model Lokomotief listrik WERKSPOOR-HEEMAF nomor 201 (ESS 3201). Ini Loko meroepakan satoe artefak sedjarah dari masa kedjajaannja jang patoet kitaorang lestariken, dan tepatnja selametken! Namoen sanget disajangken bahoewa itoe Loko WH 201, tampaknja agak terloepaken di tenga aroes sedjarah. Maka dari itoe, Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) sebagi satoe organisatie jang perdoeli terhadep asset perkeretaapian Indonesia jang bernilai sedjarah, berniat boeat melestariken ini lokomotief, dengan samen-werken (berkerdjasama) dengen berbagi fihak jang terkait goena bikinin satoe boeah monumen lokomotief listriek agar tetep dikenal oleh generatie mendatang. Oh iya lokomotief listriek ini juga sering disebut Bon Bon, karena apa? entar deh kita dengerin penjelasan dari teman-teman IRPS (sambil nanti kita bergoyang shake your bon-bon?!)

Sekarang djanganlah kitaorang toeroet-toeroetan bentji, dengki, kesel ama kepada itoe trem, lebi baek kitaorang saksiken sahadja riwajatnja jang kitaorang aken kassie poeter dengan hati seneng, Disitoe kitaorang bole berame-rame saksiken itoe trem jang sedeng liwati djalanan di kota kita tertjinta ini, tjari tahoe dimana-mana sahadja itoe trem melintas, bahkan bisa batjai iklan reclame djaman doeloe, salah satoenja: Soesoe Tjap Nona! yah ini susu emang jadul bo! Sablonnja (sebelumnya) kitaorang achiri isi reclame plesiran ini, soedilah sidang pembatja jang boediman oentoek kassie batja satoe poeisi jang memiloeken di tahon awal-awal kemerdekaan:

Kalu Tram Mogok(oleh: Tjaotao todjin)Kita hidup dalem suasana baru,
Tida lagi didjeman merah putih biru,
Tjumah keadaannja ada sedikit keru,
Dan sering terdjadi pemogokan buruh!
Trem mogok, tukang betja girang,
Tapi tukang tjopet hasilnja kurang,
Ini akibatnja djeman sekarang,
Kekatjauan tamba keberesan djarang!
Buruh trem telah madjukan tuntutan,
Hadiah Lebaran dua bulan gadji kontan,
Madjikan trem merasa keberatan,
Kerna sekarang trem kurang pendapetan!
Sikepnja madjikan seperti keliwatan,
Tida luluskan buruhnja punja tuntutan,
Tapi kabarnja biar trem penuh muatan,
Pendapetannja habis didjilat setan!!
Inilah sebabnja maka terbit pemogokan,
Lagi-lagi buruh bentrok dengan madjikan,
Akibatnja bikin buruh ketjil kelabakan,
Kerna bikin suker marika mentjari makan!
Buruh ketjil nasibnja paling sialan,
Laen orang berklai, sendiri dapet pukulan,
Apapula nanti kebetulan tanggung bulan,
Pergi pulang kantor banjak jang djalan
puisi dari: Majalah Starweekly 8 Djuli 1951
Pem.Red: Mr. Auwjong Peng Koen (kita lebihmengenalnya dengan nama: P.K. Ojong, pendiri Harian Kompas).
Penerbit: NV. Hd. Mij & Drukkerij"Keng Po" Djalan Pintu Besar 86-88 Djakarta-Kota

Kamis, 10 Juli 2008

Ganti yang lebih baik itu dari Allah

“Assalamu’alaikum” sebuah kepala berkerudung merah muncul di balik pintu kantorku.
“ Wa’alaikumussalam, Aisyah, masuk!”
dengan senyum berbunga-bunga dia masuk ke ruanganku dan duduk tanpa aku minta.
“ Kenapa senyum-senyum sepertinya bahagia sekali.”
“ Zahra, Masih ingatkah cerita tentang sepupuku yang tempo hari kuceritakan padamu? Dia laki-laki yang baik, agamanya juga bagus. Insya Allah”
Aku tersenyum melihat tingkah sahabatku yang satu ini.
“ Kok jadi kamu yang bahagia gini.Seharusnya aku donk yang bahagia”
“ Ya harus bahagia donk. Kalo lihat sahabatnya nantinya juga akan bahagia”
“ Apakah dia juga pasti mau denganku?”
“ Aku sudah ceritakan semua padanya tentang kamu dan sepertinya dia senang dengan ceritaku. Maksudku sepertinya kamu wanita yang sedang dia cari. Kriterianya pas gitu lho.”
“ Sudah kamu ceritakan semuanya tentang aku? “
“ Sudah”
“ Yakin? Tanyaku untuk memastikannya.
“ Insya Allah, aku sudah ceritakan tentang sifat fisik kamu dan juga sifat-sifatmu yang aku ketahui”
“ Apakah kamu sudah menceritakan tentang statusku?”
“ Statusmu?”
“ Iya, statusku yang janda beranak satu.”
“Apakah itu penting, Zahra?”
“ Buatku itu paling penting.”
Aisyah tertunduk sesaat, raut wajahnya menjadi sedih.
“ Belum, Zahra”
“ Kenapa?”
“ Aku pikir itu nanti saja kalo kalian sudah bertemu dan ada kecocokan.”
“ Menurutku itu adalah hal penting yang diketahui pertama kali, Aisyah.”
Kali ini Aisyah hanya tersenyum tipis dan memandangku dengan tatapan sayu.
“ Aku takut Zahra, jika sepupu sudah tahu duluan siapa kamu, nanti malah dia gak tertarik lagi denganmu. Karena aku takut kejadian 3 bulan yang lalu terulang lagi, ketika sabahat kita Aina mengenalkanmu pada teman sekantornya dan ketika mendengar bahwa kau adalah seorang janda dan sudah mempunyai anak dia langsung menolak untuk dikenalkan padamu.”

Aku hanya tersenyum, bisa kurasakan getaran pedih dalam hatiku mengingat kejadian 3 bulan yang lalu. Pedih memang ketika aku sudah tertolak hanya karena status janda. Padahal sebelum diceritakan tentang statusku teman sekantor Aina sangat antusias sekali ingin berkenalan denganku tapi setelah mengetahui statusku dia langsung menyatakan permintaan maafnya pada Aina untuk tidak memulai Ta’aruf itu. Sedih sekali. Tiap malam kumenangis di setiap sujudku. Aku bertanya pada Allah. Apa salahku? Kalopun aku menjadi seorang janda itu juga bukan mauku. Ini adalah kehendak Allah yang menguasai hidup. Suamiku meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Siapa yang mau ditinggal mati suaminya? Tentu tidak seorang istripun yang menginginkannya. Suami yang selama itu mendampingi hari-hari kita, menjaga kita, menafkahi kita. Kini telah ditiada. Tinggallah diriku sebagai single parent yang harus menafkahi anakku. Buah cinta kami Qotrunnada Firdaus dan aku biasa memanggilnya dengan Nada.

“ Zahra, kok malah ngalamun?”
“ Astagfirullah, maafkan aku, Aisyah”
“ Kamu pasti sedang sedih ya.”
“ Maafkan aku Zahra”
“ Kenapa minta maaf. Aku yang seharusnya minta maaf telah merepotkanmu. Kalian, kamu dan Aina adalah sahabat terbaikku”
“ Kami hanya ingin melihat engkau bahagia kembali seperti sedia kala. Kami hanya ingin kamu menemukan pendampingmu kembali. Yang lalu Almarhum Mas Ahmad telah kembali disisi Allah. Dan Kami yakin dia sudah tenang disana. Sekarang tinggal kamu Zahra. Zahra, kamu harus bangkit lagi, kamu tidak boleh bersedih lagi.”
Air mataku mulai membasahi pipiku. Aisyah mengambil selembar tissue dan diberikan padaku.
“ Terima kasih, Aisyah”
“ Kamu harus yakin bahwa ganti dari Allah pasti lebih baik. Masih ingatkan Doa dari Ummu Hurairah yang pernah aku ajarkan padamu.”
“ Iya, Aisyah. Sesungguhnya semua adalah milik Allah dan akan kembali padaNya. Ya Allah, Semoga Kau beri pahala dari cobaan ini dan semoga Kau beri ganti yang lebih baik.”
“ Sipp, yakinlah pasti Allah akan mengabulkan doa hambaNya yang sabar. Aku akan beritahukuan pada sepupuku tentang statusmu dan semuanya tentang kamu. Kalo memang dia jodohmu semoga dia bisa menerima kamu apa adanya. Dan jikalaupun dia bukan jodohmu semoga Allah memberi ganti yang lebih baik. “
“ Tetap istiqomah dan juga jangan lupa sholat istikharoh ya Zahra.”
“ Iya. “
“ Aku pulang dulu, sebentar lagi suamiku menjemput. Kamu juga harus cepat-cepat pulang. Kasihan Nada pasti sedang menunggu bunda tercintanya.”

Untungnya ketika Aisyah masuk ke kantorku hari sudah sore dan karyawan sudah sebagian pulang sehingga tidak harus melihat airmataku yang mengalir. Kutarik napas dalam-dalam dan kucoba hembuskan perlahan. Subhanallah, Alhamdulillah. Terima Kasih Ya Allah, Kau berikan aku sahabat-sahabat yang baik hati. Tidak bisa kubayangkan jika tanpa meraka disampingku. Merekalah yang selama ini mendampingiku menjalani hidupku yang sepi sepeninggal suamiku. Mereka yang mengingatkanku setiap malam untuk sholat tahajud, mereka yang menguatkanku untuk sabar menghadapi cobaanku. Mereka yang membangkitkan semangatku untuk tetap teguh dan istiqomah dijalan Allah ketika hati ini mulai merapuh. Terima kasih teman. Airmataku menetes lagi dan menghangatkan pipiku.

Kujalani hari-hariku seperti biasanya, menjalani rutinitas, sendiri tanpa pandamping karena aku memang tinggal bertiga dengan Nada dan seorang saudara dari kampong yang bertugas menjaga Nada di Jakarta ini. Hanya Nada lah pelipur laraku, bidadari kecilku. Menyejuk hatiku disaat sedih dan mengobar semangatku disaat aku rapuh. Sementara keluargaku berada jauh di kota Apel Malang. Karena harus bertahan hidup dan menafkahi buah hati kecilku inilah aku hijrah ke Jakarta. Dan seperti biasa jam sudah menunjukkan 16.50 WIB. Waktunya pulang nich sebentar lagi. Kurang 10 menit lagi. Kerjaanku sudah beres, tinggal merapikan meja saja.

“ Assalamu’alaiakum.”
“ Wa’alaikumussalam. Ada apa Aisyah? Kamu ada masalah kok sepertinya tidak sedang bahagia.”
” Kerjaan dach kelar, Aisyah.”
“ Sudah “
Seperti biasa Aisyah langsung nyelonong duduk. Tapi kali ini kursi yang letaknya di depan mejaku ditariknya mendekatiku. Sehingga kita duduk bersebelahan.
“ Ada apa sich Aisyah?”
“ Ada yang ingin aku sampaikan ke kamu.”
“ Masalah apa itu?
“ Masih ingat pembiacaraan kita sebulan yang lalu? Tentang sepupuku yang ingin aku kenalkan padamu.”
“ Iya, aku masih ingat.”
Hati berdegup kencang dan bertanya-tanya ada apakah ini gerangan. Kalo dilihat dari wajah Aisyah yang tidak tampak senyum sedikitpun dari mulai mengucapkan salam hingga duduk di kursi ini. Aku jadi penasaran adapakah gerangan? Mungkinkan sepupunya menolak diriku. Oh, sedihnya aku. Ya Allah, Kuatkan lah hatiku.
“ Zahra, ahad kemarin. Kami sekeluarga silaturrahmi ke rumah tanteku. Ibu dari sepupu yang pernah aku certain ke kamu.”
“ Terus?” Aku mulai tak sabar mendengar cerita dari Aisyah.
“ Ya, kemudian aku dan suamiku ngobrol-ngobrol dengan sepupuku itu. Kami meninjaklanjutin tentang kamu. “
“ Terus?”
“ Aduh, Zahra. Kamu kok terus terus sich.”
“ Aku harus bertanya apa? Aku bahkan tidak tahu ceritanya”
“ Kami ceritakan lagi siapa sesungguhnya kamu bahkan statusmu yang telah janda dan beranak satu.”
Hatiku mulai berdegup kencang, apakah gerangan jawaban dari laki-laki ini.
“ Apa komentarnya?”
“ Ternyata dia bilang……”
Aisyah tidak meneruskan kata-katanya, aku jadi resah. Mungkin laki-laki itu keberatan kalo ternyata aku adalah seorang janda beranak satu. Ya Allah, mungkin dia bukan jodohku.
“ Zahra, kamu jangan sedih gitu donk.”
“ Aisyah, siapa yang sedih. Katakan saja yang sebenernya. Aku sudah siap mendengar apapun. Sekalipun itu adalah jawaban yang mungkin menyakitkan. Aku sudah ikhlas dengan kondisiku ini. Bisa dipahami kok Aisyah. Aku sudah ikhlas dengan takdir yang Allah berikan padaku. Mungkin memang cobaanku belum berakhir. Tapi aku akan sabar menerimanya. Pasti Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik buat aku.”
Aisyah memandangku dalam-dalam. Tapi kali ini pandangannya lain. Pandangan bahagia sekalipun tidak terucap sesuatu katapun di bibirnya. Tapi aku tidak mau menebak apapun juga. Aku sudah pasrah. Akhirnya senyum tipis dibibirnya mengembang. Tiba-tiba dia berteriak
“ Subhanallah, Alhamdulillah” sambil memelukku erat.Aku masih dibuat bingung dengan sikapnya.
“ Ada apa Aisyah? Aku tidak tahu maksudmu?”
“ Zahra, sepupuku tidak masalah dengan statusmu. Dan dia ingin segera dapat ta’aruf denganmu.” Aisyah melonjak-lonjak kegirangan.
“ Subhanallah, Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah. Benarkah?” Kini kami melonjak-lonjak kegirangan pula seperti layaknya sepasang anak kecil yang sedang bahagia.
“ Iya, Aku dan suamiku bersedia membantu kalian untuk ta’aruf. Gimana? Kapan kamu punya waktu?”

Aku tak tahu apa warna pipiku saat ini, mungkin merah atau pink. Yang pasti aku bahagia. Ya Allah berikanlah pilihanMu dengan IlmuMu, berikanlah keputusanMu dengan kekuasaanMu, berikanlah nikmat yang Agung dariMu. Engkau yang Maha Kuasa sedangkan aku tidak menguasai apapun. Engkau yang Maha mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui apapun. Jika memang ini adalah jodoh yang terbaik untukku mudahkanlah bagiku, dekatkanlah padaku, namun jika ini bukanlah jodoh terbaikku jauhkanlah dia dariku dan gantikan dengan yang lebih baik. Sesungguhnya ganti yang lebih baik itu dariMu. Amin.

Jika Bu Guru Sedang Jatuh Cinta

“ Selamat siang Bu Sandra.”
“ Selamat siang anak-anak.” Jawab Bu Sandra dengan senyum ramah.
Nadira berbisik pada Safira teman sebangkunya.
“ Kayaknya ada yang aneh dech dengan Bu Sandra.”
“ Aneh gimana, Dira.”
“ Ya aneh ajah, Auranya itu lho gak biasanya”
“ Ah, kamu Dir, bisa ajah.”
“ Bener, aku merasa ada yang aneh dengan Bu Sandra.”
“ Kayak kamu bisa baca aura orang ajah.”
“ Ada apa Nadira, Safira? Kalian kok malah bisik-bisik sendiri?”tegur Bu Sandra dengan ramah.
“Egh, gak papa bu. Ini Nadira Tanya sampai halaman mana?”
“ Ibu kan belum minta kamu buka buku?”
“ Iya bu, maaf”
Safira menyikut Nadira yang diam ketika ditanya Bu Sandra.
“ Oke, sekarang buka halaman 40. Kalian pelajari sebentar nanti akan Ibu terangkan.”

Sementara murid kelas XI itu mempelajari bukunya. Ibu Sandra guru matematika yang cantik itu memandang keluar. Lapangan basket yang sedang memantulkan panas matahari. Tapi tatapan matanya memandang begitu sejuk. Siku Nadira menyikut siku Safira.
“ Ih, apaan sich?”
“ Lihat tuch, Bu Sandra aneh kan?Senyum-senyum sendiri. Aku bilang juga apa?”
“Mana?”
“ Itu, lihat saja!”
“ Iya, ya kenapa ya? Trus kenapa tadi pagi kamu bilang kalo Bu Sandra juga aneh”
“ Iya jelas lah, Bu Sandra selama ini kan guru matematika ya cantik sich tapi galakya bukan main iya kan.”
“ Iya ya.”
“ Trus sekarang ini dia mendadak jadi ramah, manis. Beeee. “
“ Jangan gitu donk Nadira, bagus kan kalo gitu”
“ Iya bagus sich. Cuman aneh ajah. Kok mendadak dangdut gini. Egh maksudku mendadak banget”
“ Trus berapa lama kita harus mempelajari materi ini ya kayaknya sudah setengah jam dech. Aku dach baca 3 kali halaman ini. Kok Bu Sandra masih asyik berdiam diri saja. Malah sekarang buka-buka dompet segala.”
“ Kayak lihat sesuatu di dompet?”
“ Apa ya?”
Suara anak kelas XI makin gaduh, tapi Bu Sandra masih saja memandang sisi dalam dompetnya. Murid-murid mulai curiga, apa yang terjadi dengan Bu Sandra ya? Ini hampir jam pelajaran selesai tapi Bu Sandra masih asyik dengan dompetnya. Sampai akhirnya
“Teeeeeet……Teeeeeet…….Teeeeet.”
Bunyi bel istirahat berbunyi dan membuyarkan lamunan Bu Sandra dan juga karena kagetnya jatuhlah dompet Bu Sandra ke lantai dengan posisi terbuka tepat disamping meja Anton. Anton membantu Bu Sandra mengambilkan dompet Bu Sandra dan terdapat foto seorang laki-laki di dompet Bu Sandra. Akhirnya terkuaklah mengapa Bu Sandra melamun dan tersenyum-tersenyum sendiri selama satu jam mata pelajaran tadi dan juga sikap Bu Sandra yang sangat ramah hari ini. Ternyata Bu Sandra sedang jatuh cinta. Begini ya kalo Bu Guru sedang jatuh cinta.

MIMPI

Apa yang akan kau lakukan,
Jika kesempaan itu ada di depan mata.
Apa yang akan kau lakukan,
Jika apa yang kau mimpikan ada didekatmu.

Apakah kau masih diam dan tidak tergerak untuk meraihnya,
Apakah menurutmu semua ini sudah terlambat,
Apakah kau akan berlari mengejar mimpi-mimpu yang tertinggal,
Bukankah sepanjang hidupmu belum ada mimpimu yang kau kejar.

Sekarang tunggu apalagi,
Lari...lari...berlarilah sekuat tenagamu,
mungkin kali ini adalah waktumu,
mungkin ini adalah kesempatanmu,
waktu takkan kembali,
kesempatan hanya datang sekali,
jangan pikir semua sudah terlambat,
lari...lari...berlarilah
kejar mimpimu

Untuk yang kita sayangi dan kita cintai

Cobaan hidup mengajariku untuk tidak egois pada sesama. Kalaupun kita tidak punya sesuatu untuk bisa kita berikan kepada teman-teman yang kita sayangi dan keluarga yang kita cintai paling tidak kita masih memiliki Alloh untuk tempat berdoa dan meminta. Dalam hal berdoa akupun tidak ingin egois. Bagaimanapun juga kita juga butuh mereka untuk mendoakan kita ketika kita sedang sempit, terhimpit, penuh cobaan. Nah, sebaliknya lah kita juga mendoakan mereka dikala mereka sedang sedih, resah, dilanda cobaan dan lain sebagainya.

Hari ini banyak teman-temanku dan juga keluargaku yang ingin aku doakan. Buat temen-temanku yang sedang resah menunggu panggilan kerja, aku berharap kalian bersabar. Karena rejeki Allah lah yang mengaturnya. Hanya jangan pernah berhenti berusaha dan yakin pasti Allah akan memberikan apa yang telah menjadi bagianmu. Buat temanku yang sedang ujian Grade di kantornya, semoga dimudahkan dan dilancarkan oleh Allah. Dan kamu mendapatkan apa yang terbaik dalam hidupmu. Untuk kakak iparku yang malam ini akan operasi karena benjolan di kepalanya, semoga Allah memberikan kelancaran dan semoga kakak sehat kembali. Pasti sekarang, ponakanku Firda dan Yustan sedang menunggu Ayahnya dirumah bersama Eyang ti dan Eyang kakungnya juga embah yuti. Sementara Mami mereka harus menjaga Ayahnya di rumah sakit. Ya Allah berikan kesabaran dan juga kekuatan untuk semua orang yang aku sayangi dan aku cintai dan berikan apa-apa yang menurutMu terbaik buat mereka. Amin

Rabu, 09 Juli 2008

Filosofi Pare

Ada yang tahu sayur Pare? Mungkin ada beberapa diantara anda pernah makan sayur ini. Biasanya Pare ini dimasak oseng-oseng atau sebagai isi siomay. Pasti bagi yang hobby makan siomay tidak asing lagi.

Sayur Pare ini berwarna hijau, kulitnya tebal, bergelombang dan berasa pahit, mungkin tidak semua orang akan menyukainya. Tapi buat aku disinilah menariknya. Menurutku sayur Pare mempunyai sebuah filosofi layaknya kehidupan. Kulitnya yang tidak mulus namun bergelombang ini sama halnya dengan kehidupan bahwa hidup ini tidaknya semulus yang kita bayangkan. Karena dalam kehidupan ini pasti kita akan bertemu dengan masalah yang kadang tidak mudah untuk dijalani. Demikian juga dengan rasanya yang pahit. Mengajarkan kepada saya bahwa hidup itu juga pahit tidak selamanya manis. Kita harus menemukan kepahitan-kepahitan dalam hidup kita yaitu ketika apa yang kita inginkan tidak semua dapat diwujudkan. Namun sekalipun pahit tetap saja nikmat. Itulah kehidupan kadang kita mengalami kepahitan dalam hidup ini, namun kalo kita mau ikhlas, sabar dan bersyukur maka kepahitan yang kita rasakan bisa begitu nikmat dengan Rahmat dariNya tentunya.

Selasa, 08 Juli 2008

Pendengar yang Baik

Apakah anda seorang pendengar yang baik? Tahukah anda bahwa menjadi pendengar lebih susah daripada menjadi pembicara. Karena menjadi pendengar yang baik tidak hanya menyediakan telinga mereka untuk mendengarkan. Tapi juga mereka harus menyediakan mata mereka untuk memerhatikan si pembicara, menyediakan waktu mereka untuk mendengarkan dan juga menyediakan hati mereka untuk bersabar sampai tiba giliran mereka untuk berbicara. Selamat Menjadi Pendengar yang Baik.

Manusia itu unik

Manusia itu memang unik, karena tidak ada manusia yang sama. Si kembarpun belum tentu saya, sekalipun mungkin secara fisik mereka hampir sama. Tapi pasti ada yang berbeda diantara mereka. Kalaupun kita bertemu dengan orang yang hampir sama paling hanya beberapa persen saja. Tidak sampai sama persis 100 %. Itulah keagungan ciptaan Allah yang tak tertandingi. Jadi, jangan sekali-sekali kita mengeneralisasikan satu orang dengan orang yang lain karena itu sangatlah tidak adil.

Ibu Rumah Tangga

Masih sangat kuingat waktu kecil aku suka sekali membayangkan bahwa suatu hari nanti aku akan menjadi seorang ibu. Menjadi seorang ibu dari anak-anakku. Padahal saat itu aku masih berada di bangku SD. Dimana anak-anak yang lain pasti membayangkan dirinya menjadi dokter, guru, atau profesi yang lainnya. Sampai-sampai aku sering sekali mengarang nama-nama untuk anak-anakku kelak. Hehehe lucu memang.

Ternyata ini tidak hanya terjadi padaku. Suatu hari aku bertanya pada ponakan perempuanku
“ Kakak besok kalo sudah besar mau jadi apa?”
“ Mau jadi kayak ibu”
“ Hah, kayak ibu? Ibumu kan cuman ibu rumah tangga kak. Cuman di rumah saja. Maksud tante mau jadi dokter, apa guru, banker atau yang lainnya?
“ Jadi kayak ibu ajah”
Sambil nyengir kemudian dia berlalu. Aku tak tahu apakah itu jawaban main-main atau iseng buat ngerjain tantenya saja. Atau benar-benar jawaban yang jujur dari seorang anak kelas 3 SD.

Tapi tidak ada salahnya juga tho kalo jadi ibu rumah tangga. Itu bukan suatu pekerjaan yang memalukan. Bahkan pekerjaan yang mulia. Tapi banyak ibu-ibu yang malu jika mereka hanya ibu rumah tangga yang hanya dirumah. Begitu juga Bapak-bapak banyak yang malu jika ditanya istrinya bekerja dimana? Mereka akan dengan malu-malu menjawab” Ah dirumah ajah kok”. Seharusnya bapak-bapak ini bangga berarti dia cukup mampu menafkahi keluarganya tanpa harus dibantu oleh sang istri. Hehehehe…

Minggu, 06 Juli 2008

Darmika, Maafkan Aku

Darmika, maafkan aku.
Kau jadi terbengkalai,
Aku sedang buntu,
tidak ada sesuatu buat kamu.

Kamu cuman seorang Sol Sepatu,
dan aku tak tahu,
akan kemana lagi ceritamu.

Darmika,
Kamu adalah hutangku pada mbak Asma,
Hutangku yang sudah jatuh tempo.
maafkan Aku, Darmika

Suami-suami Takut Istri

Suami-suami takut istri. Siapa yang tidak tahu sitkom yang satu ini. Ditayangkan di Trans Tv tiap hari Senin - Jumat ini telah menarik banyak penonton tiap harinya. Mungkin anda salah satunya. Saya jujur saja kadang juga menonton ini, jika tidak ada program lain yang bagus. Sebagai pilihan terakhir biasanya. Setiap kali saya menonton SSTI saya selalu bertanya-tanya, SSTI ini apakah sebuah acara atau hiburan yang pantas ditonton. Di mana KDRT justru menjadi sebuah lelucon. KDRT? karena KDRT tidak hanya ternjadi pada perempuan tapi juga terjadi juga pada kaum lelaki. Meskipun saya juga kadang kesal dengan tingkah polah bapak - bapak SSTI ini.
Kekecewaanku pada sitkom ini juga karena bagaimana mereka menggambarkan seorang janda yang genit. Karena kesan genit dan pengoda ditambah penampilannya yang seksi, menjadi kan posisi janda menjadi terpojok. Apalagi pandangan di masyarakat tentang janda yang masih dipandang sebelah mata, lebih memojokkan status janda.
Belum lagi, si Dadang satpam yang duitan. Apakah ini bisa dijadikan hiburan? Apalagi jika ada anak-anak kita yang ikut menonton. Apakah ini bisa jadi pendidikan buat mereka? Mungkin buat anda bisa, tapi tidak buat saya. Karena saya harus mengucapkan "Naudzubillah min Dzalid " setiap melihat adegan dimana Sherla mencubit perut Karyo dan kemudian Karyo menjerit kesakitan, Deswita yang menjewer telingga faisal dan juga Bu RT yang menyeret Pak RT. Astaghfirullah, menurutku ini bukan hiburan yang baik dan menyegarkan mata. Sebuah hiburan menurutku sesuatu yang bisa membuat kita tersenyum jika itu memang lucu. Tapi apakah itu bisa menghibur jika setiap melihat adegan KDRT kita harus menyerngitkan mata, merasa ngeri dan berkali-kali mengelus dada, sambil tak hentinya mengucapkan Astaghfirullah dan Naudzubillah min dzalid.
Aneh sekali memang, sesuatu yang tidak seharusnya ditayangkan dan merupakan salah satu tindak kekerasan terutama dalam rumah tangga justru menjadi sebuah lelucon.

Jumat, 04 Juli 2008

Sayangi yang Kaumiliki

Apa yang melekat di diri kita, apa yang sekarang berada di depan mata kita, apa yang sekarang berada di samping kita. Cobalah untuk menyayanginya. Apakah itu diri kita sendiri, saudara kita, anak maupun pasangan hidup kita. Kadang secara sadar ataupun tidak sadar tidak mengabaikan mereka, atau yang paling parah mencampakkan mereka. Mereka yang selalu menyayangi kita.

Ada seorang teman yang telah beristri dan telah memiliki buah hati. Dia senang sekali bermesraan dengan teman sekantornya. Aku sangat menyayangkan sikap temanku yang senang “bermain-main”. Saat itu aku berpikir Apakah dia tidak sayang dengan istrinya? Sadarkah dia bahwa jika istrinya tahu perbuatannya pasti sakit hati yang akan dirasakan. Bukannya ini seperti selingkuh pikirku. Dan dia bilang ini hanyalah permainan. Memang sich mereka tidak pernah bertemu hanya komunikasi lewat dunia maya dan juga telepon. Tapi jika sudah berkata-kata mesra, dengan seseorang yang bukan muhrimnya sementara dia sudah beristri, bukan kah itu bisa dikatakan selingkuh.

Jujur saja saat itu aku kecewa dengan temanku ini. Aku sedih mengapa dia tidak berpikir bagaimana perasaan sang istri jika mengetahuinya, dimana cinta dan rasa sayangnya untuk si istri, mengapa tidak cukup dengan satu wanita saja yang mencintainya. Haruskah mencari cinta lain? Karena jika kulihat keluarganya baik-baik saja, tidak ada masalah. Istrinya adalah wanita baik yang aku kenal.

Mengapa mereka yang selingkuh tidak pernah memikirkan perasaan orang lain. Seharusnya mereka bersyukur Allah telah memberikan pendamping hidup untuk dirinya. Mengapa dia tidak melihat teman mereka yang sedang dicoba kesabarannya menanti pasangan hidup atau tidakkah mereka belajar dari kesalahan orang lain bahwa selingkuh hanya akan memindahkan api neraka ke dalam rumah mereka. Mengapa mereka tidak bersyukur kepada Allah atas apa yang Allah berikan padaNya. Cobalah setia dan cobalah “SAYANGI APA YANG KAUMILIKI”.

Minggu, 29 Juni 2008

Sempurna

Suatu ketika aku berbincang-bincang dengan seorang teman. Dia sangat menginginkan seseorang yang sempurna untuk dijadikan pendamping hidupnya. Berkali-kali dia menjalin hubungan tapi selalu gagal.
" Aku pernah bertemu dengan seorang laki-laki yang mapan , tapi sayang dia egois. Jadi aku putuskan saja hubunganku. Kemudian aku bertemu dengan laki-laki yang tampan, tapi sayang dia agak tulalit. Yah, males dech aku."
" Trus kamu menjalin hubungan dengan siapa lagi?"
" Aku kemudian bertemu dengan laki-laki yang tampan, mapan, pandai dan juga baik. Aku pikir inilah laki-laki sempurna idamanku."
" Kalian seharusnya menikah donk sekarang."
" Iya, tapi masalahnya dia juga mencari wanita yang sempurna idamannya."
Tidak ada kesempurnaan di dunia ini. Hanya Allahlah pemilik kesempurnaan itu. Namun mengapa kita masih manuntut kesempurnaan sedangkan kita jauh dari sempurna itu sendiri ?

Debus on a bus

Siang itu, terasa lumayan menyengat. Kalo dirasakan bajuku sudah basah oleh keringatku. Seperti minggu-minggu yang lalu, aku harus membelah kota Jakarta untuk bertemu teman-teman liqoku. Apalagi setelah sebulan tidak bersua, rasanya kangen sekali dengan mereka. Berkali-kali kulirik jam tangan di pergelangan tangan kiriku. Belum terlambat bisikku dalam hati. Tapi terlambat juga gak papa sich sebenernya karena temen-temenku juga suka molor datangnya. Alis jam karet.

Tapi hari ini tidak seperti biasanya. Kalo biasanya dibis aku dihibur oleh artis jalanan alisan pengamen. Hari ini aku disuguhi oleh seniman jalanan. Lelaki tinggi, berkulit hitam, dengan celana jeans belel. Dengan sebuah tas kecil yang lusuh dipinggangnya. Salam pembuka diucapkannya. Kemudian dia mengambil kertas yang sudah kucel di tasnya. Dibuka lipatan kertas itu, kemudian dia membaca puisi yang tertulis di kertas tersebut. Tidak aneh buat aku, aku pernah melihat dan mendengar orang membaca puisi di atas bus. Tapi yang ini agak aneh, setelah membaca puisi dia mengeluarkan sebatang paku dan juga botol kaca minuman energi yang telah kosong. Persembahan berikutnya bukannya pembacaan puisi tapi dia memaku lubang hidungnya dengan paku dan dipukul-pukul dengan kaleng minuman tersebut. Sampai akhirnya paku itu bisa penancap dihidungnya tanpa harus dipegang. Aku tidak tahu apakah ini hanya tipuan belaka. Aku tidak peduli, karena aku juga tidak mau melihatnya. Aku saling berpandangan dengan mbak-mbak disebelahku. Sambil menampakkan wajah bingung dan miris.
" Kok aneh-aneh ya mbak orang ini"
" Iya nich "
" Saya cuman khawatir kalo di bus ini ada anak kecil yang melihat" kataku kepada mbak di sebelahku.

Manusia tertancap paku dach selesai, paku sudah dicabut dari hidup. Lega aku gak harus lihat adegan ini. Tapi ternyata belum selesai persembahannya. Kali ini dia makan silet. Masya Allah, ini debus kok sekarang jadi pindah di bis ya. Sekali lagi kekhawatiranku hanya jika diatas bis ini ada seorang anak kecil. Tidak seharusnya mereka melihat adegan seperti ini secara langsung, apalagi kalo si ibu atau bapak tidak menjelaskan agedan tersebut. Mataku mengelilingi bis, Alhamdulillah tidak ada anak kecil disini. Mataku kuarah keluar bis, karena jujur saja aku sama sekali tidak bisa melihat adegan tersebut, miris dan merinding. Duch, susah sekali mencari rejeki di kota jakarta raya ini, hingga aku harus melihat debus di atas bis kota ini.

The Right Man in The Right Place

Aku tahu istilah ini ketika aku belajar Dasar-Dasar Managemet. Hal ini memang penting dalam dunia bisnis atau kerja. Menempatkan seseorang di tempat yang sesuai kemampuannya dan keahliannya memang suatu hal yang mutlak menurutku. Nabipun pernah bersabda, " Jika suatu hal dipegang oleh yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."

Namun, dengan alih-alih effisiensi ataupun cost maupun karena kekerabatan maka suatu perusahaan bisa saja mengabaikan hal itu. Dan sangat disayangkan sekali menurutku. Memang sich semua org bisa belajar dan menjadi pengalaman jika setiap hari melakukannya. Tapi yang penting lagi menurutku dalam The Rightman in the rightplace adalah apakah orang tersebut benar-benar mencintai pekerjaannya.

Hutangku pada Mbak Asma

Deadlineku telah habis, kesempatanku sudah hilang. Tulisanku terbengkalai. Masih dapat setengah cerita. Alur cerita dan ide ceritanya aku ganti 100 %. Aduh, maafkan aku mbak Asma. Sekalipun mbak Asma tidak pernah meminta atau menagih tapi aku tetep masih punya hutang pada mbak Asma. Suatu hari pasti aku selesaikan mbak. Aku janji.

Ternyata menulis bukan pekerjaan mudah apalagi kalo kita benar-benar kehilangan ide cerita. Buntu bener. Tapi kadang ketika ide itu ada, bisa langsung mengalir seperti air. Atau ketika ide itu ada tiba-tiba gak tahu harus memulai dari mana. Inilah problem penulis amatiran seperti diriku.

Kakakku Sayang

Kata " Tidak " itu mungkin kata-kata yang agak susah aku katakan. Apalagi jika yang meminta adalah kakak perempuanku. Hari sabtu yang aku tunggu, karena aku ingin menyelesaikan tulisan-tulisanku dan ingin menyendiri di kamarku. Namun telpon dari kakakku yang selalu berdering membuatku harus merubah semua scheduleku.
" Kayaknya aku gak bisa ke Ciputat dech"
" Terserah kamu dech, terserah kamu"
Waduh, pake kata-kata terserah kamu lagi. Gawat, gumanku dalam hati.
Pergi..gak...pergi...gak...Kenapa ya gue males banget. Tapi kayaknya dari nada kakakku dia pengen banget gue datang ke rumahnya.

Akhirnya aku harus melangkahkan kakiku keluar kamarku. Sekalipun panas menyengat dan mataku yang pedas karena kantuk. Untuk sebuah silaturrahmi, oke lah. Bismillah, aku coba memulai dan membuang rasa malasku. Naik busway ajah lah, biar agak adem, biar ajah muter-muter kota. Ponselku berdering lagi. Kakakku lagi, again. Walah gak sabaran juga nich orang.
" Lagi dimana?"
" Di Busway, mau ke ciputat."
" Oke dech, ati-ati dech"
Tadi ajah terserah sekarang pake oke...oke...gumanku dalam hati. Tapi bagaimanapun aku senang karena mendengar suara kakakku yang berubah menjadi ceria. Gak jutek lagi kayak sebelumnya.

Magrib baru gue sampai di Ciputat. Senyum mengembang menyambutku. Setelah sholat magrib dan makan malam, langsung dech gue disuruh pasang telingga karena kakakku langsung cerita panjang lebar tentang aktivitasnya dan juga tumpahan curhatnya minggu ini.
" Ntar pagi, aku mau pergi berdua. Kamu ama anak-anak dirumah ya?"
Yah, jadi the nanny dech.

Kakakku sayang, yang kadang-kadang malang juga. Hehehehe sabar ya kakak......

Selasa, 24 Juni 2008

Menunggu sebuah masa

Apa jadinya jika kita sudah berbenturan dengan prinsip hidup yang kita anut, hakekat hidup yang kita yakini, dan hasrat hati yang ingin kita jalani. Pasti yang hadir adalah perasaan resah, gelisah, tidak ada ketenangan dan pada akhirnya hanya akan membawa perasaan yang sangat menyiksa. Dan pastinya dalam menjalaninya aku tidak bisa ikhlas.

Mungkin ini yang sedang berkecambuk dalam jiwaku. Perasaan bahwa aku telah jauh melangkah dan aku merasa ini tidak sesuai dengan prinsip hidup yang ingin aku genggam dan hakekat hidup diriku yang aku tahu. Dan kalo aku sekarang masih disini satu-satunya alasanku adalah aku sedang menunggu masa. Masa yang suatu hari nanti akan membawaku pergi untuk menjalani hakekat hidupku yang sejati, menjadi seseorang yang terjaga dan menjadi seseorang yang terlindungi.Kapan waktu itu akan datang? Wallahu'alam.

Haruskah Aku yang Memulainya

“ Rena, cobalah kamu yang memulainya dulu, kamu telpon ajah dia dulu baik-baik”
“ Ibu, aku harus bilang apa? Aku malu Bu. Masak wanita dulu yang memulainya”
“ Lha,kamukan gak apa2 cuman telpon bilang apa kabar. Tidak melakukan yang tidak seharusnya”
“ Sekalipun demikian, Rena tetap saja malu Bu.”
“ Rena, sekarang ini jaman sudah maju tidak seperti jaman dulu. Wanita sekarang pintar-pintar, berani. Mengungkapkan cinta wanita terlebih dahulu untuk jaman ini saja sah-sah saja. Ibumu yang sudah generasi tua saja tahu dan bisa memahami. Kamu yang anak kemaren sore kok malah malu.Gimana sich kamu”

Seandainya yang sedang berbicara bukan ibuku sendiri, wanita yang melahirkanku dan membesarkanku pasti saat ini aku sudah menentangnya habis-habisan. Tapi yang dihadapanku adalah ibuku. Wanita yang sangat aku hormati. Sejak sebulan yang lalu memang aku sedang dekat dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu adalah Sandi. Sandi adalah sepupu dari teman kerjaku Ratri. Dan orang paling berbahagia atas hubunganku ini adalah ibuku. Bagaimana tidak, jika melihat anak perempuannya yang umurnya telah mendekati kepala 3 ini mulai dekat dengan laki-laki. Dengan harapan inilah jodohnya.

“ Kamu cari yang seperti apa sich Rena? Ibu pikir Sandi cocok untukmu. Gak usah ditunda-tunda lagi”
“ Ibu, siapa yang menunda. Tapi kalo Sandi belum memberi sinyal atau memberi kepastian Rena harus bagaimana bu? Apakah Rena harus menyatakan terlebih dahulu perasaan Rena?”
“ Kalo perlu”
“ Ibu ini kok sepertinya buru-buru sekali sich bu?”
“ Rena. Ibu ini sudah tua. Ibu ingin melihat kamu menikah. Ibu ingin melihat kamu bahagia, Ibu mau menimang cucu sebelum ibu mati”
“ Ibu, kok bilang begitu sich”

Hujan diluar belum reda, langit masih mendung. Rena duduk didekat jendela, diamatinya air yang jatuh ke bumi. Jendela sedikit dibuka olehnya, agar dia bisa mencium harumnya air hujan dan juga harumnya tanah yang basah. Sejak kecil Rena memang suka sekali dengan hujan. Bahkan waktu kecil dia paling hoby hujan-hujannya di taman belakang. Hanya saja jika ketahuan oleh ayahnya pasti dia akan mendapatkan marah dari ayahnya. Hari ini dia melihat hujan dengan seksama, sesekali dia pejamkan matanya, dihirup dalam-dalam aroma yang ada. Matanya menatap air yang turun tapi penuh sarat. Karena ada yang dipikirkannya.

Benarkan aku harus yang memulainya? Aku malu. Mungkin aku wanita kolot yang tidak tahu perkembangan jaman. Memang wanita saat ini dituntut lebih pandai, gesit, tanggap. Tapi bagaimana dengan hal ini. Apakah sama? Aku benar-benar malu sebagai wanita aku harus mengungkapkan perasaanku pada Sandi. Sementara Sandi selama ini hanya bersikap biasa saja tanpa ada perhatian khusus padaku. Aku memang menyukai Sandi. Tapi bagaimana ini ya Allah? Sandi memang laki-laki yang baik. Awal perkenalan kami, Ratri telah banyak bercerita tentang Sandi, dari cerita Ratri saja aku sudah mulai menyukainya. Dan setelah bertemu aku tambah menyukainya. Tapi bagaimana ya Allah, aku tak tahu dimana aku harus memulainya. Aku sangat menginginkan hubungan ini, mengingat waktu yang terus mengerogoti usiaku. Aku sangat ingin berumah tangga. Sementara Ratri tidak bisa membantu banyak. Dia bilang dia hanya sebatas mengenalkan saja. Karena dia ingin jika terjadi sesuatu dikemudian hari dia disalahkan. Tapi disisi lain Sandi belum ada pembicara yang serius apakah dia memang menyukai aku atau tidak. Apakah aku yang harus memulainya? Aku sangat malu. Sebagai seorang muslimah aku sangat malu. Aku tidak peduli dikatakan ketinggalan jaman. Bukankah malu adalah sebagian dari iman. Lagipula bagaimana pandangan Sandi sendiri terhadapku? Bagaimana jika dia ternyata tidak suka dengan wanita yang agresif. Ya Allah tolong aku. Aku tidak ingin mempertaruhkan harga diriku ini.

Hujan mulai reda, air dari langit perlahan-lahan berhenti. Tapi air yang keluar dari mata Rena semakin deras. Diantara bingung karena ingin membahagiakan orang tuanya tapi dia tak tahu harus berbuat apa.

Sabtu, 21 Juni 2008

Plesiran Tempoe Doeloe

Minggu, 15 Juni 2008. Pagi-pagi, aku telah siap untuk meluncur ke arah Jakarta Kota. Meskipun pagi ini diguyur oleh gerimis dan langit diselimuti mendung. Tapi semua itu tidak menyurutkan semangatku untuk tetap keluar dari pintu rumahku. Sempet terpikir juga, apakah acara ini gagal atau tetep jalan ya?. Untung sekali kakakku yang baik hati mau meluangkan waktunya untuk mengantarkanku dengan mobil sampai ke halte Selapa. Rupanya dia tak tega membiarkan adeknya ini kehujanan.

Halte Selapa sudah ramai dengan orang yang menunggu transportasi public yang paling populer di Jakarta ini yaitu apalagi kalo bukan bis. Tapi aku tidak bisa langsung naik bis karena aku harus menunggu salah seorang temanku yang akan bersamaku mengikuti acara ini. Lumayan lama, akhirnya dia datang juga. Dan meluncurlah kami, kami naik bis bianglala 76 dan akhirnya turun di ratu Plaza dan disambung naik Busway hingga kota.

Di Busway, dingin AC ditambah dinginnya pagi ini. Sambil berharap-harap cemas, apakah acaranya tetep diadakan atau batal atau jangan-jangan gak ada yang datang ya. Ah sudah lah. Sesampainya di Museum Mandiri, lebih terkejut lagi. Lho sepeda onthelnya mana? Karena di event ini kita akan keliling kota tua naik sepeda. Lha kok? Tapi oke lah kita lihat saja nanti. Tapi setelah masuk museum mandiri wow....ternyata sudah rame dan mematahkan semua keraguanku.

Acara dimulai dengan registrasi dan kemudian kami menutuskan untuk keliling museum mandiri sebentar. Hmmm gerimis masih mengguyur Jakarta Kota, terpaksa akhirnya panitia merubah jadwal acara hari ini. Kita dikumpulkan di ruang serba guna Museum Mandiri untuk acara pembukaan dan juga mendengarkan kisah tembok tua Jakarta. Pada jaman dulu, pada saat Belanda menduduki kota Batavia yang sekarang bernama Jakarta, mereka membangun benteng atau tembok kota di sekitar kastil mereka untuk menghindari atau melindungi diri tentara cirebon, banten Mataram dan lainnya.

Setelah gerimis mulai reda, akhirnya kami mulai perjalanan kami dengan sepeda onthel menuju museum bahari. Baru kali ini aku ke museum bahari, yang letaknya berada di tengah Pasar Ikan. Tragis sekali kondisi Museum Bahari ini menurutku. Jaman dahulu tempat ini adalah gudang senjata Belanda. Tidak banyak yang bisa aku lihat di Museum ini hanyalah bangunan tua yang tersisa.Bangunan tua di museum Bahari ini sebenernya cantik. Daun pintu dan jendelanya, rangkanya penyanggah gedung yang berwarna coklat dari kayu. sangat eksotik menurutku.

Di Museum bahari, kami mendengar informasi dan cerita tentang VOC. VOC datang ke Indonesia sebenernya awalnya hanyalah untuk "REMPAH-REMPAH" di Eropa rempah-rempah merupakan barang yang paling mahal. Para awak kapalnya berani menempuh perjalanan panjang dengan kemungkinan hidup cuman 50 % hanya karena itu segenggam rempah-rempah. Dan bangsa kita kaya akan rempah-rempah itu. Akhirnya VOC mendirikan kantor di Batavia ini. Batavia menurut informasi Meneer Nico Van Horn, adalah nama sebuah bangsa yang disebut batave yaitu bangsa di eropa yang terkenal sombong dan Belanda merasa seperti layaknya bangsa itu. Selain itu juga diceritakan dimana letak pertempuran-pertempuran Belanda melawan Mataram yang saat itu dipimpin oleh Sultan Agung. Adakah yang tahu Sultan Agung sebenernya, mungkin dia adalah seorang pahlawan nasional. Tapi tahukah jika untuk berperang dengan Belanda dan menguasai nusantara ini dia membunuh ratusan ribu tentaranya yang kalah perang?

Kastil Tuan dan Nyonyah VOC
Di Kawasan yang dilindungi oleh benteng kota ada sebuah kastil tempat tuan dan nyonyah VOC berhuni. Tapi dalam pembangunan kastil ini mereka tidak mempedulikan kondisi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat jelas dari bentuk bangunannya. Belum lagi cara busana tuan and nyonyah yang masih berbusana ala eropa ( hmmm apa gak gerah ya, di Batavia gitu loh, pake baju tumpuk-tumpuk ). Menurut mereka, cara busana bangsa kita saat itu adalah cara busana orang yang biadab. ( hmmmm siapa yang biadab ya sebenernya). Hal ini juga lah yang membuat mereka sering sakit. Dan diketahui JP Coen sakit karena terkena mutaber, karena sistem pembuangan ditutup oleh prajurit Mataram.

Plesiran Tempoe Doeloe diakhiri di Museum Mandiri, dengan makan siang. Yammy, enaknya makan di waktu lapar. Apalagi kalo lihat temanku makan dengan lahapnya, sangkin lahapnya, sampek kurang dan akhirnya jatahku dilahap juga. Hehehehehe.

Jumat, 20 Juni 2008

Aku ini manusia

Aku bukan sampah,
Aku bukan juga virus,
ataupun penyakit.

Kalo aku jadi seperti ini...ini bukan mauku
kalo aku jadi begini, ini juga bukan keinginanku

Tapi kamu melihatku dengan memicingkan mata,
seakan jijik,
atau mau muntah,
lalu pergi berlari seperti meninggalkan bangkai busuk.

Aku ini manusia,
punya hati,
punya rasa.

Minggu, 01 Juni 2008

Toer naar de kampung Bandan en Antjol met Onthel


Hari ini 1 Juni 2008, aku mengikuti event Jelajah Komunitas Budaya ( KJB ). Sebuah event yang lama kunanti-nanti sejak lama. Akhirnya aku bisa ikut juga. Oke aku akan mencoba sharing pengalamanku hari bersama teman-teman pembaca.

Pagi jam 07.30 kita berkumpul di Museum Mandiri ( sebenernya ngaret sich gak jam 07.30 teng ). Kami harus registrasi ulang di banking Hall Museum Mandiri. Kami memdapat kelompok Tarumanegara. Sambil menunggu kelompok kami berangkat, kami menikmati welcome drink dan roti buaya sambil menonton film tempo doeloe. Di film itu terlihat bagaimana kesibukan orang-orang tempoe doeloe disekitar stasiun kota. Wiiii kayaknya asyik tuch. Belum sesemrawut sekarang.
Giliran kelompok Tarumanegara berangkat. Semua peserta naik ke ojek sepeda masing-masing. Let's go! dari museum mandiri kita berbelok ke kanan melewati Jl. Bank. Tampak sekali disana bangunan-bangunan tua. Sepeda terus meluncur ke kampung bandan. Sekarang kita menuju Stasiun Gudang. Sampai sekarangpun sepertinya jadi Gudang kalo melihat banyaknya kontainer yang nongkrong di sana. Stasiun Gudang ini dahulu adalah pusat perniagaan di Sunda Kelapa. Ada sedikit cerita tentang sunda kelapa ini. Sunda kelapa nama ini karena memang daerah ini termasuk daerah kerajaan Sunda. Kerajaan Sunda pernah menjalin hubungan dengan kerajaan portugis. Perjanjian ini menjadi perjanjian international pertama di Indonesia. Kerajaan Sunda menjalin hubungan dengan Kerajaan Portugis itu karena Sunda melihat kemajuan dan perkembangan kerajaan Demak. Tidak hanya di perdagangan tapi juga agama Islam yang disebarkan oleh kerajaan Demak semakin luas. Untuk menghindari agama Islam masuk ke kerajaan Sunda inilah maka dijalin kerjasama dengan portugis.

Panas yang menyengat, gersangnya gudang dan debu yang berhamburan masih membuat kami semangat. Perjalanan masih di kampung Bandan. Kali ini kita menuju makam keramat Kampung bandan. Makam ini adalah makam-makam orang arab yang membantu pembebasan perbudakan di kampung bandan. Ternyata bangsa kita pernah menjadi budak-budak bangsa asing. Di belakang makam ini terdapat masjid kampung bandan, yang saat inipun masih kokoh berdiri.



Perjalanan masih jauh, peluh pengucur membasahi tubuh. Selama perjalanan aku coba ngobrol dengan tukang ojek sepedaku. Akhirnya kami masuk kawasan Ancol. Tahu donk bagaimana panasnya Ancol. Wuihhh. Masuk di Jalan Pasir Putih Ancol, mata kita disuguhi rumah mewah. Kami cuman bisa cekkk, cekkkk. Dalam hati ini rumah siapa ya? yang punya kerja apa?

Akhirnya kami sampai pada next destination yaitu Benteng Ancol. Benteng Ancol ini bersebelahan dengan tempat rekreasi Ancol. Kalo kita sekilah melewati benteng Ancol ini mungkin kita tidak akan mengetahui kalo terdapat benteng Ancol yang termasuk dari sejarah Indonesia. Benteng ini memang tidak seperti benteng yang pernah lihat, bahkan yang aku bayangkan adalah bentengnya besar, kokoh, dan seram. Ternyata benteng Ancol ini kecil, mirip bangker tapi kecil dan terdapat lubang-lubang didepan bangunan. Pada umumnya benteng dibangun sebagai bangunan pertahanan. Tapi bagaimana dengan benteng Ancol. Menurut guidenya memang belum ada penelitian lanjutan tentang benteng ancol ini.

Perjalanan berlanjut ke klenteng Ancol. Klenteng ini salah satu yang tertua di batavia selain klenteng Jin de Yuan Glodok. Di belakang klenteng ini terdapat Makam Mbah Said Areli dato Kembang yang dikeramatkan. Di makam ini kita bisa mencoba peruntungan kita dengan menggunakan sebatang bambu. Awalnya rotan diukur sepanjang kedua tangan yang dilencangkan dan diukur panjangnya yang ditandai oleh sebuah tali. Kemudian rotan itu diasapi dan diukur kembali dengan tangan kita. Konon tanda itu bisa berubah sesuai dengan nasib kita. Wallahu'alam.

Next destination adalah taman fatahillah. Taman Fatahillah pada masa lalu digunakan sebagai alun-alun kota Batavia. Selain digunakan sebagai perayaan jika Ratu belanda ulangtahun juga digunakan sebagai tempat pemacungan atau hukum gantung. Disekitar taman fatahillah terdapat gedung tua peninggalan kolonialisme Belanda seperti Museum Sejarah jakarta, Kantor Pos, Batavia cafe, Museum Wayang, Museum keramik dan seni rupa. Di Museum Sejarah Jakarta terdapat penjara air. Pangerang Diponegoro dan Untung Suropati pernah menempati penjara tersebut. Dari taman fatahillah kita berjalan kaki menuju Museum Mandiri di pedestrian taman fatahillah. Disini juga masih kental sekali dengan bangunan-bangunan tua yang eksotik.
Selesailah rangkain perjalananku hari ini ditutup dengan makan siang dan atraksi barongsai. Wuihhh hari yang melelahkan namun sarat dengan sejarah masa lalu.

Kamis, 29 Mei 2008

Sebuah Titik

Ada kalanya kadang kita berada di sebuah titik dimana kita akan menyadari bahwa kita bukanlah siapa-siapa, kita tidak berkuasa apapun, kita benar-benar lemah.

Di titik itulah akhirnya kita akan menyadari siapa yang berkuasa atas diri kita, yang bertindak atas diri kita, yang tanpa pertolonganNya kita tidak dapat berbuat apa-apa, yang tanpa Rahmat dan CintaNya kita mungkin hanya seonggok daging dan kumpulan kapur yang hina.

Jumat, 09 Mei 2008

Friday, 9 May 2008

Hari ini rasanya ingin menjerit, bagaimana tidak, harus rebooking tiket berkali-kali, Boss merubah schedule sewaktu-waktu tiap detik bisa berubah. Masya Allah, ini benar-benar cobaan. Aku mungkin memang harus lebih bersabar. Ini mungkin pelajaran bahwa segala kemungkinan bisa saja terjadi. Yang kita rencanakan matang2 saja bisa sewaktu-waktu berubah tanpa dinyana. Ini masih rencana manusia, dibikin sendiri dirubah sendiri. Kita saja sudah pening setengah mati. Lalu bagaimana jika rencana kita yang buat sedemikian indahnya kemudian dirubah oleh Allah tanpa kita tahu mengapa, bahkan hikmahnya saja kita harus mencari sendiri melalui keikhlasan hati.

Pelajaran hari ini :
sabar dan sadar bahwa setiap detik kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi.

Handphoneku sayang, diriku malang

Tahu kah saat ini yang jadi temen setiaku dimanapun aku berada? Handphone. Si persegi mungil selalu bersamaku tiaphari, setiap saat. Kenapa? karena tuntutan pekerjaanku sepertinya membuat aku tidak bisa lepas dari dia. Aku harus bisa dihubungi kapan saja dimana saja. Huaaaa!!!!! jadi seperti dirantai diri ini tidak bebas.

Kamis, 08 Mei 2008

Need Many Time

Semuanya memang butuh waktu, tidak semua yang kita inginkan bisa dengan instan kita dapatkan. Bukan sulapan, atau bim sala bim lalu semua ada didepan kita. Harus melewati detik-demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun.

Tidak hanya butuh waktu, kadang dibutuhkan juga keringat yang mengucur, airmata yang mengalir, hati yang penuh sesak, jiwa yang gelisah, dan yang tidak boleh dilewatkan doa yang tulus penuh keikhlasan bahwa kita hanyalah hambaNya yang lemah.

Kadang kita harus mengalami itu semua untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Tapi jangan berhenti menyerah karena semua itu diciptakan agar ketika mencapai apa yang kita inginkan kita tidak boleh lupa bersyukur bahwa tanpa pertolongan dan kasih sayangNya kita tetap bukan apa-apa.

Mimpi

Menurutku semua orang berhak bermimpi, selama mimpi masih gratis maka bermimpilah. Tapi yang lebih penting lagi yaitu bagaimana kita mengejar mimpi kita. Ketika kita bermimpi namun kita hanya diam tanpa melakukan sesuatu maka kita hanya disebut seorang pemimpi. Hanya terasa seperti orang yang tertidur kemudian bermimpi, setelah bangun kita tidak mendapati apapun. Ini sangat berbeda dengan orang yang punya mimpi dan dia berusaha mengejar impianya. Ini baru dikatakan bahwa kita benar-benar hidup.

Yang namanya impian pastilah sesuatu yang kita dambakan, sesuatu yang tidak mudah kita dapatkan. Kalo mudah mendapatkannya gak perlu bermimpi kan. Karena susahnya untuk mendapatkan dan kemudian kita harus berjuang untuk mendapatkannya, disitulah justru kita akan menyadari bahwa kita sedang benar-benar hidup.

Jangan berhenti bermimpi, karena mimpi itu selalu indah. Jangan pernah berhenti mengejar bermimpi jika kamu memang benar-benar hidup.

Rabu, 07 Mei 2008

The One's in My life

Ya Allah, Ya Rabb
Cuma hanya satu dalam hidupku
Dzat penerang dalam hidupku ketika gelap datang
Dzat penentram dalam hidupku ketika resah hadir
Dzat penyejuk dalam hatiku disaat hatiku gersang

Ya Allah, Ya Rabb
Apa jadinya aku jika Kau meninggalkanku,
Apa jadinya aku jika Kau menelantarkanku,
Apa jadinya aku jika Kau menjauh dariku,
Aku pasti menjadi hamba yang hina dina,
Aku pasti dalam hidup yang melangsa,
Aku pasti takkan sanggup hadapi ini semua.

Ya Allah, Ya Rabb
Di hadapanMu aku bersimpuh,
Memohon kasih sayang yang takkan pernah putus dari Mu,
Memohon ampunan atas dosa-dosa yang masih saja aku lakukan,
Memohon apapun yang aku inginkan dan tak pernah bosan Engkau dengarkan.

Inna sholaati wa nusuki wamahyaya wamamati lillahirabbilalamiin

Stop Mengeluh!!

Kemaren aku mengeluh, karena pekerjaanku gak ada tantangannya sama sekali. Sekarang Allah memberiku tantangan baru. Tapi siapkan aku menghadapinya?

Inilah manusia kalo diberi yang mudah mengeluh bilang "gak ada tantangan, terlalu membosankan", kalo diberi yang sulit mengeluh lagi "Alamaaaaak sulit nian". Sepertinya kita ini gak ada bersyukurnya, selalu mengeluh. Minta yang ini dach dikasih minta yang lebih lagi dan seterusnya. Gak ada hentinya dech kalo mau nurutin keinginan manusia.

Untuk itu kita harus pandai bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah kepada kitadan stop mengeluh. Khusnudzan kepada Allah, bahwa apa yang diberikan pada kita itu lah yang terbaik untuk kita. Allah Maha Rahmat, penuh kasih sayang terhadap hambaNya.

Jumat, 02 Mei 2008

Bukannya Tak Cinta

Tidak mudah memang ketika kita harus melupakan seseorang bahkan menggantinya dengan yang lain. Kematian seseorang yang kita cintai memang membuat hancurnya hati ini. Apalagi jika itu adalah seseorang yang sangat kita cintai, soulmate kita, yang telah mengisi lembaran hidup kita, membuat kita tersenyum saat disampingnya. Tapi apa daya kita hanya hamba yang tak mampu berbuat apapun.

Bukan berarti tidak bisa, tapi sangat sulit. Bila kita menyadari hakikat diri kita sebenernya lebih mudah untuk bisa menerima kenyataan. Tapi tidak mudah menerima kenyataan bahkan hati kita harus juga diisi oleh seorang yang notabene gak akan pernah sama. Jangan heran jika kita melihat seorang ibu yang bisa bertahan menjanda bertahun-tahun, sekalipun harus membesarkan anak dari mulai kecil sampai besar seorang diri. Tidak hanya seorang ibu, tapi juga seorang ayah yang bisa bertahan sendiri mambesarkan anak seorang diri. Padahal kata orang kalo lalki-laki gak tahan sendiri, tapi ada juga yang masih setia mempertahankan cintanya.

Tapi, harusnya kita mempertahakan kesetiaan cinta kita. Apakah kita tidak setia, tidak cinta jika harus menerima cinta lain. Allah telah ambil cinta kita yang merupakan milikNya. Bukan berarti tak cinta lagi, tapi ini realistis bahkan manusia juga ingin hidup berdampingan merasa bahagia seperti yang pernah dia rasakan dulu. Tapi haruskah kau berdiri dan berhenti disini?

Selasa, 29 April 2008

Semoga.....

Aku harus bilang apa? apakah ini cobaan atau kah ini karunia. Orang selalu berkata "Selamat telah menduduki posisi baru", tapi justru membuat getir hatiku. Aku bahkan tidak pernah bermimpi diposisi ini. Aku bahkan tidak pernah menyangka akan berada disini. Melihat begitu besar amanah yang harus aku pegang.

Lelah bukan lagi menjadi milik raga ini, tapi telah menjadi milik jiwa ini. Aku yakin semua ini tidak lepas dari campur tangan Allah. Semua ini adalah kehendaknya. Dan jika Allah telah memberikan ini padaku berarti Allah tahu aku mampu menjalaninya. Setitik air mata mengalir menemani doa semoga semua berjalan baik-baik saja.

Rabu, 23 April 2008

Nikmat = Cobaan

Apa gambaranmu tentang nikmat? pasti segala sesuatu yang indah. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Sesuatu yang kita idamkan, kita impikan, yang membuat kita menjadi mudah dan membahagiakan. Lalu apa gambaranmu tentang cobaan? Sesuatu yang sulit, airmata, kesedihan, kegundahan, sesuatu yang tidak kita inginkan. Tapi pernah kamu menyadari bahwa nikamt selalu datang bersama cobaan. Atau sebaliknya cobaan bisa datang bersama dengan kenikmatan.

Sesuatu yang kita anggap nikmat bisa berupa cobaan jika kita lupa mensyukurinya. sebaliknya cobaan bisa berupa nikmat jika kita telah menemukan hikmah yang terdapat didalamnya. Nikmat kaya atau materi kalo kita lupa bersyukur dan menggunakan materi ini tidak di jalan Allah bahkan untuk sesuatu yang dimurkai Allah.Maka akan berakibat pada kehidupan kita kelak baik di dunia maupun di akhirat. karena itu juga harus dipertanggungjawabkan kelak. Nikmat keturunan, jika kita tidak mendidik dengan baik cobaanlah yang datang. Nikmat Fisik apalagi jika tidak bersyukur akan timbul fitnah. Nikmat jabatan, setiap kali orang naik pangkat pastilah orang-orang akan memberi selamat.Tapi tahu kah kamu, bahwa kamu sedang berhubungan dengan cobaan yang lebih berat dimana kamu harus mempertanggungjawabkan amanat ini di hadapan manusia maupun dihadapan Allah Azza wa Jalla.

Maka, ingat lah jika kamu mendapatkan nikmat bersyukurlah dan jangan terlalu banyak bergembira karena cobaan sebenernya berada di dalamnya. Dan jika mendapatkan cobaan jangan terlalu bersedih, kalo kamu mau mengambil hikmahnya pasti kamu akan bersyukur telah datang cobaan padamu.

Kamis, 10 April 2008

TakdirMu berlaku padaku

Akhirnya aku menyadari dan memahami semuanya. Bahwa Allah menetapkan sesuatu tidaklah sia-sia belaka. Pasti ada makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Aku pernah merasa bahwa aku telah salah mengambil sebuah keputusan. Tapi mau bagaimana lagi ya harus dijalani. Sampai aku akhirnya aku terjun ke dunia yang memang aku pelajari itupun aku belum puas dan yakin kalo ini adalah jalanku. Aku masih menganggap bahwa tempatku bukan disini. Aku berkali-kali mengatakan aku tak suka dengan yang kukerjakan. Aku bahkan berulang kali mencari-cari sesuatu yang pas untukku. Sampai kutinggal apa yang sedang kukerjakan meskipun sebenarnya bukan semata-mata untuk meninggalkan tapi saat itu ada suatu hal yang membuat aku harus melepaskan semuanya. Jadi kesempatanku untuk meninggalkan apa yang selama ini aku kerjakan.

Setalah sekian lama mencari dan mencari yang aku inginkan dan aku impikan. Aku berada di titik bahwa aku merasa tak berdaya. Dan pertolongan Allah datang padaku. Aku menyakini bahwa janji Allah itu pasti. Aku selalu meyakini bahwa suatu hari nanti Allah pasti akan memberi aku ganti yang jauh lebih baik. Tapi ternyata ganti itu yaitu aku harus kembali kepada apa yang aku kerjakan dulu.

Subhanallah, Sekali-kali Allah menciptakan sesuatu tidaklah sia-sia. Begitu juga jalan hidup maupun Takdir yang kita jalani itu pasti mengandung makna yang terbaik dalam hidup kita kalo kita mau berbaik sangka kepada Allah. Bukankan Allah adalah prasangka hambanya.

Ya Allah, Ya Robb, KeputusanMu Adil bagiku dan TakdirMu Berlaku Padaku

Rabu, 09 April 2008

Langit Jingga

Surya mulai beranjak dari singgasanananya, warna merahnya mulai pudar ketika aku menginjakkan kakiku di kota ini. Mobil yang membawaku melaju dengan kencang menelusuri jalan yang kecil beraspal.. Aroma kota ini mulai tercium, tidak hanya itu aku juga mulai terbawa oleh kenangan2 di kota ini. Meskipun hanya setitik kenangan yang pernah kami tinggalkan. Mobil mulai memasuki halaman rumah yang cukup besar, sebenarnya bukan hanya ini satu2nya rumah besar disini. Tapi ini salah satu rumah yang dianggap cukup bagus untuk ukuran orang desa. Orang bilang sich ini rumahnya Priyayi kalo orang jawa bilang. Padahal penghuni rumah ini juga bukan priyayi yang keturunan keraton atau kerajaan darimanapun. Hanya karena keluarga ini memang cukup terpandang di desa ini karena pemiliknya orang yang cukup berpendidikan dan pegawai negeri yang sudah memiliki kedudukan.

Masih tidak ada yang berubah sedikitpun disini. Mungkin sudah setahun yang lalu aku terakhir datang ke sini. Aku mulai menaiki tangga menuju kamar. Kamar ini, Kamar ini belum berubah. Semua letak interior nya tidak ada yang bergeser sedikitpun. Buku – buku susunannya masih sama. Hanya berkurang saja jumlahnya.Itupun pasti yang mengambil aku. Agak kotor, berdebu sepertinya gak ada yang masuk ke kamar sini. Apakah kamar ini memang tidak pernah dimasuki orang walaupun hanya sekedar dibersihkan.
” Saya jarang masuk kamar ini, maaf ya mbak agak sedikit kotor dan berdebu. Saya takut kadang merinding kalo masuk kamar sini. ” Kata mbok ijah masuk sambil tergopoh-gopoh membawa tasku ke kamar.
” Takut mbok! Kenapa? Bukannya kalo bersihin pagi-pagi. Kan hari udah terang mbok. ”
” Gak tahu mbak, jadi sering keingetan ama jenat ”
” Ada-ada ajah nich mbok ijah”
Jenat adalah panggilan untuk orang yang sudah meninggal dunia. Aku cuman bisa tersenyum kecil.
” Istirahat dulu mbak, apa mau mandi, saya masakan air ”
“ Ntar dulu mbok, saya mau rebahan dulu. Capek “
“ Iya mbak.”
Mbok ijah berlalu dari kamarku dan menutup pintu. Sepertinya dia tahu kalo aku ingin sendiri.

“Bruuuuk!” kujatuhkan tubuhku di kasur. Kupejamkan mata dan mengambil nafas dalam2. Kurebahkan tubuhku tepat dengan kepala di bawah jendela sehingga aku bisa melihat langit yang mulai memudarkan warna senjanya. Aroma nya masih sama. Semuanya masih sama. Sama seperti terakhir kali kami bercengkrama disini. Yang berbeda adalah aku sekarang sendiri disini. Sendiri tanpa dia lagi. Aku bangun dari rebahan dan duduk ditepi tempat tidur. Tanganku meraba sprei yang tampaknya baru dipasang karena kedatanganku. Kamar ini benar-benar tidak ada yang merawatnya. Mungkin juga gak ada orang di rumah ini yang masuk di kamar ini. Sampai mbok ijah tak pernah membersihkan kamar ini saja tidak ditegur. Mungkin kah orang dirumah ini benar-benar tidak peduli lagi atau mungkin mereka tidak sanggup mengenang semua kenangan-kenangan bersama Andi. Andi adalah suamiku. Dia meninggal dunia dua tahun yang lalu karena sakit mendadak. Kami sama sekali tidak menyadari kalo sampai sedemikian parahnya. Mendadak sekali memang. Waktu itu kami baru saja menikah, Tepatnya 6 hari setelah pernikahan kami. Tiba – tiba badannya demam tinggi, aku pikir dia hanya sakit biasa. Setelah diperiksa dokter hanya bilang sakit radang tenggorokan. Selama 2 hari demamnya tak turun juga. Ketika dibawa ke rumah sakit langsung ditempatkan di ICU. Selama dirawat sebenernya aku tak kuasa menahan semua derita yang kurasakan. Apalagi saat itu aku juga sedang sakit. Kutahan rasa sakitku sendiri, rasa lemah dan lemas tapi aku harus tetap kuat. Tak kuasa aku hingga tubuhku menggigil menahan dinginnya malam dan panasnya tubuhku.Di lorong rumah sakit, aku tidur diatas kursi kayu yang dingin dan keras, dengan hembusan angin yang kencang disertai hujan yang tiada hentinya sejak sore. Ah, airmataku menetes lagi teringat kejadian dua tahun yang lalu. Apalagi ketika dia meronta karena sudah tak bisa lagi menahan sakitnya, tidak sadar membuatnya meronta dan mencabut jarum-jarum infus yang menusuk pergelangan tangannya. Aku hanya bisa menangis,
” Jangan, sayang. Jangan kau cabut jarum ini. Jangan!
” Gak papa, aku gak papa kok.”
” Jangan, sayang! ” teriakku sambil menagis. Aku tak dapat lagi menahan tangisku.
” Jangan menagis! Aku gak papa. Aku mau wudhu, sudah tiba saatnya dhuhur”suaranya yang parau mencoba menenangkanku.
Subhanallah, dia masih ingat kalo saat itu adalah waktu dhuhur. Tak bisa kubayangkan orang yang setengah sadar tapi dia masih ingat akan kewajibannya.
” Sayang, kamu bisa tawamum ”
” Tapi aku mau wudhu ke kamar mandi”
” Gak papa, kamu boleh tawayum”
Perlahan – lahan. dia sentuh telapak tanganku, dirabanya dari ujung jari hingga pergelangan tanganku. Awalnya aku tak tahu apa yang sedang dilakukan tangannya terhadap tanganku. Kuperhatikan dengan seksama, tangannya setelah meraba tanganku diusapkan pada bagian tubuhnya awalnya di muka berlanjut ke tangan sampai siku, kemudian ke kepala dan telingga. Subhanallah, dia sedang tawamum menggunakan debu yang melekat di tangaku. Airmataku semakin mengalir begitu derasnya. Ya Allah, kau berikan seorang suami yang begitu mencintaiMu. Dalam keadaan yang hampir tiada daya iya masih bisa tawamum. Setelah sempurna tayamumnya dia sholat dhuhur. Kulihat dia sholat dalam keadaan berbaring tiada daya.Kulihat semua itu dalam mataku yang buram karena air mata yang menutupi pandanganku.
” Ya Allah, sembuhkan dia, berikan kesempatan pada kami untuk mengarungi bahtera ini. Ya Allah aku mohon kabulkan doaku saat ini.”
Setelah sholat dhuhur dokter meminta kami semua untuk keluar
” Ibu, biarkan Bapak istirahat terlebih dulu. ”
Dan sehari kemudian, suamiku menghembuskan nafasnya yang terakhir. Bahkan dia tak sempet berpesan sesuatu kepadaku. Tubuh ini seperti ditimpa batu yang sangat berat,hati ini seperti dirobek dengan sebilah pisau. Saat itu aku cuman bisa melihat tubuh suamiku yang membujur kaku. Orang2 memegangi tanganku supaya aku tidak meronta-ronta. Saat itu rasanya ingin berteriak. Teriak sekeras-kerasnya. Menangis sekencang-kencangnya. Syukurlah Allah masih memberikan rahmatNya padaku. Kalo tidak mungkin saat itu aku sudah seperti orang gila. Tapi ku coba menenangkan diriku. Duduk diam sambil menyebut nama Allah. Aku yakin kan dalam hatiku bahwa inilah jalan yang terbaik buat kami. Berkali – kali aku berkata dalam hati
” Ini yang terbaik kan Ya Allah buat aku .....Inikan yang terbaik....Ini jalan yang terbaik kan... untuk kita berdua.”
Tetes airmata mengalir deras diiringi oleh derasnya hujan yang mengguyur bumi. Syukurlah Allah memberikan kekuatan pada diriku hampir semua prosesi pemakaman tak aku lewatkan.
” Astagrifullah, apa yang sedang kupikirkan”.
Aku sudah berjanji untuk tidak menangis lagi. Kuseka air mataku dan menarik nafas dalam-dalam dan kuhembuskan pelan sambil berbisik lirih.
” Astagfirullah ”
Suara adzan magrib terdengar memecah lamunanku. Akupun bergegas menuju kamar mandi disebelah kamar. Saatnya sholat maghrib dan memohon ampun kepada Allah SWT.
----------------------------

” Dik, gimana kabarnya?” sapa mbak pipit kakak iparku.
” Baik mbak, Alhamdulillah ”
” Udah sholat magrib?”
” Sudah ”
” Makan dulu udah ditunggu ibu di ruang makan.”
” iya, ini juga mau turun ”
Kuturuni anak tangga, dan kemudian berbelok ke ruang makan. Disana sudah ditunggu ibu dan bapaknya Andi. Atau mertuaku.
” Ayo, makan. Ibumu gak masak apa-apa.” Bapak menggoda ibu

Bapak memang paling tahu membuat orang tersenyum. Sejak kematian suamiku ibu mertuaku memang jadi pendiam, jika duduk sendirian pasti dia akan menangis. Aku bisa merasakan apa yang beliau rasakan. Kematian Andi memang meninggalkan kesedihan yang mendalam apalagi Andi adalah anak kesayangannya. Tak henti-hentinya dia bercerita tentang Andi. Masa kecilnya, prestasinya, semuanya tentang Dia. Dan setiap beliau bercerita hatiku selalu gemiris.

Malam ini dingin, suara gerimis memecah kesunyian malam ini. Aku mengambil nafas dalam-dalam. Aku disini, dirumahmu. seharusnya aku sekarang bersamamu. Mendekap erat tubuhmu atau bercengkerama bersamamu atau mungkin kita berbicara tentang buku-bukumu di tempat tidur ini, sebelum mengisi malam panjang bersamamu atau mungkin sekarang kita sedang bermain dengan buah cinta kita. Tapi aku sekarang ini sendiri. Kutengok ke kiri bantal disampingku kosong kubelai tempat kosong di sampingku. Kosong bener-bener kosong. Ternyata aku tidak bermimpi. Ah, aku berkhayal lagi. Ya Allah, ampuni aku. Bukan aku tak ridho dengan takdirMu. Tapi kadang diri ini belum bisa melupakan dia begitu saja. Kuhirup lagi nafas dalam2 kali ini sambil meneteskan air mata yang menghangatkan pipiku yang dingin. Aku coba pejamkan mata tapi ternyata susah sekali. Saat ini yang kurasakan hanya kerinduan yang mendalam dan selalu berharap engkau ada disini. Astagfirullah, Astagfirullah.Aku menghela nafas panjang dan tak henti-hentinya mohon ampunan pada Allah. Aku bangkit dari tempat tidur dan duduk dilantai tepat di depan rak buku suamiku. Buku –bukunya masih tersusun rapi. Tapi berdebu, mungkin karena tak ada yang menyentuhnya. Aku tahu kalo suamiku memang suka membaca. Tapi aku tak pernah tahu buku bacaan macam apa yang disukainya.
” Koleksi buku yang aneh ” gumamku dalam hati. Karena aku tidak bisa memahami buku –buku nya. Aku baru tahu koleksi buku-bukunya setelah aku menikah dengannya. Terkejut juga ternyata koleksinya banyak sekali. Paling banyak buku agama yaitu buku-buku Tasawuf Ibnu Qayyim. Aku bilang ini buku tingkatan tinggi. Mungkin karena kebodohanku sehingga aku harus berkata demikian atau mungkin karena dangkalnya keimananku sehingga aku merasa belum cukup otakku dan imanku membaca buku seperti ini. Tidak cuman itu ada juga bukunya mengenai kematian ” Berbicara dengan Kematian” yang intinya menyambut kematian dengan senyum.
”Who are you?” Siapa sich Andi, aku jadi bertanya sendiri siapa suamiku sebenarnya. Apa sich maksudnya semua ini. Aku tahu semua pasti mati dan semua memang harus mempersiapkan kematiannya. Tapi berapa sich orang di dunia ini yang memang bener-bener sadar sedang merencanakan kematiannya. Aku juga berpikir apa dia tahu kalo dia umurnya tak panjang.”
” Aduh pertanyaan macam apa ini, siapa yang tahu kalo mau mati hari ini, esok, lusa atau kapan?”
Pertanyaan bodohku mulai muncul di kepalaku. Cepat-cepat aku beristighfar kepada Allah.
Buku koleksinya selain buku agama juga ada beberapa novel. Masih novel-novel orang kita sich, malah novelnya Sastra Wangi ternyata jadi koleksinya. Salah satunya Supernovanya Dewi, Pintunya Fira Basuki, ”Saman”nya Ayu Utami, Koleksi Novel Karya Gola Gong juga memenuhi rak bukunya.
Oh, suamiku, seandainya kamu disini aku tak perlu membaca satu persatu buku-buku ini aku tinggal memintamu bercerita tentang buku-buku ini, itupun sepertinya aku sudah puas.Aku menghela nafas panjang. Malam menjadi semakin sunyi. Syukurlah sekarang aku sudah mengantuk.
--------------------------------------------
Matahari pagi bersinar begitu cerahnya, sinarnya hangat menyentuhku. Pagi-pagi sekali aku sudah rapi dan kemudian keluar dari kamar dan menuruni anak tangga rumah ini. Di ruang tamu ada ibu mertuaku sedang menyiapkan sarapan untuk bapak.Orang-orang sudah mulai sibuk mempersiapkan untuk acara nanti malam. Para wanita mempersiapkan makanan, Bapak-bapak yang tidak lain adalah om-om dari Andi atau yang sering disebut Pak Lek mempersiapkan kardus untuk pangajian malam nanti. Kalo orang desa sering menyebut ”kepungan”. Kompak sekali memang keluarga ini. Aku bahagia sekali berada di dalam keluarga ini. Tapi sayang kau tidak bersamaku saat ini, Suamiku. Aku kadang membayangkan kita datang dari Jakarta bersama dengan anak-anak lucu kita yang akan meramaikan rumah ini.
” Kamu bantu ibu masak ya buat acara nanti malam”.
” Baik, Bu.”
Hari yang sibuk karena aku harus meyiapkan acara semalam. Dan itu memang tujuanku datang kemari untuk menghadiri acara dua tahun kematian suamiku.
-----------------------------------------------

Hari menjelang sore, sepertinya enak untuk jalan-jalan, apalagi urusan rumah untuk nanti malam sudah selesai. Mertuaku dan kerabat keluarga sedang beristirahat. Aku melangkah keluar rumah dan berjalan menyusuri jalan besar di depan rumah itu dan kemudian aku belok kiri di jalan kecil. Jalan yang dipagari oleh pagar tanaman yang tinggi. Pagar khas pedesaan. Aku berjalan terus sampai akhirnya aku melewati area persawahan yang luas. Sejenak hati merasa damai. Enak mungkin hidup dipedesaan yang masih asri. Merasakan harumnya bau tanah, menyentuh dedaunan yang masih basah, hijaunya pohon menyejuk mata, lalu lalang orang-orang bersepeda dengan senyum sapa ramah mereka. Wah sebentar lagi mau sampai ke tempat yang aku tuju. Langkahku aku percepat sepertinya aku sudah tidak sabar lagi ingin segera sampai. Sambil dalam hati aku tata emosiku. Aku gak boleh menangis. Tidak boleh menagis. Tidak boleh!. Tenang..tenang.. berulang kali aku ucapkan di dalam hati.

Akhirnya aku sampai ke tempat yang aku tuju. Kulangkahkan kakiku hati-hati masuk ke sebuah gerbang. Ya sebuah gerbang yaitu gerbang pemakaman umum dimana suamiku disemayamkan. Aku lewati beberapa nisan untuk sampai di nisan suamiku. Sampai akhirnya. Aku duduk di samping pusaranya. Kupanjatkan doa untuknya. Aku sempat duduk terdiam melihat pusara itu. Gundukan tanah yang belum di semen. Kalo orang Jawa harus menunggu 3 tahun setelah kematian atau ”nyewu” yang artinya seribu. Kupandangi gundukan tanah merah didepanku, masih basah munkin kena tetesan embun dari dedaunan kamboja yang menaunginya atau mungkin gerimis tadi siang. Ah entahlah. Kemudian pandangku beralih ke kayu nisan yang mulai dimakan rayap. Disitu tertuliskan nama suamiku. Kubaca berkali-kali nama itu. Aku berharap aku salah membaca. Aku ulangi lagi. Kubaca lagi. Oh namanya benar, tanggalnya juga benar. Coba kubaca lagi. Benar ternyata benar. Benar itu nama suamiku. Oh nama suamiku. Setiap kali aku duduk dikuburan suamiku nisan kayu bertulis namanyalah yang selalu aku pandangi dan kubaca berulang2 tulisan diatasnya bahkan pernah sampai aku eja dari huruf ke huruf. Rasanya tak percaya memang. Tak percaya bahwa yang tertulis memang nama suamiku dan begitu pula yang berbaring di dalamnya. Tanpa kusadari airmataku hampir luluh dipipi. Tapi buru-buru kuseka dan aku mencoba untuk menahan. Aku sudah berjanji untuk tidak menangis disini. Tidak!...aku tidak boleh menangis. Tapi ternyata aku tak bisa membendung air mata yang menetes di pipiku. Ya Allah, Ya Rabb, aku tidak sedang meratap. Karena celakalah aku jika aku meratap. Tiada kata yang keluar dari mulutku kecuali kata yang dapat membuat Kau ridha.

Sayang, maafkan aku. Kalo tidak menangis hari ini bukan berarti aku tidak rindu padamu, bukan juga aku tidak sayang lagi padamu. Ataupun tidak lagi mencintaimu. Tapi semua ini kulakukan karena aku sedang berusaha untuk merelakanmu, mengikhlaskanmu, melepaskanmu untuk kembali kepada pemilikmu. Hidupku belum selesai dan aku sedang berjalan ke depan melanjutkan hidupku yang masih panjang, masih banyak mimpi yang tertunda dan masih banyak tantangan yang harus diterjang. Sayang, kalo aku jarang kemari bukan berarti aku tak ingat lagi padamu, karena doa-doaku untukmu tak pernah terlupa disetiap langkahku. Kini kita terpisah didalam ruang dan waktu yang berbeda. Selamat beristirahat sayang, semoga kita berjumpa lagi di dalam SurgaNya.

Aku terperanjat dan kaget ketika ada seseorang menepuk bahuku dari belakang. Siapakah gerangan ?Ternyata Bapak mertuaku telah berada dibelakangku.
” Sudah berdoanya, orang-orang rumah bingung cari kamu”
” Bapak, maaf saya pergi tidak bilang.”
” Sudahlah, hari sudah sore sebentar lagi magrib. Ada acara di rumah kita nanti malam. “
“ Iya Pak”
Aku mengangguk dan kemudian berjalan dibelakang Bapak Mertuaku. Kami keluar melewati gerbang pemakaman.
“ Bagaimana Bapak tahu kalo saya ada di sini”
“ Tempat mana lagi yang kamu tahu di desa ini, selain rumah dan pemakaman umum ini”
Aku tersenyum malu.
“ Aku tahu kamu masih sedih, kami pun juga. Tapi ini telah menjadi takdir Allah pada kita. Ikhlaskan saja”
“ Iya Pak “
Air mataku menetes di pipi, sambil berkata lirih dalam hati
” Ya Allah, Semua adalah milikMu dan akan kembali padaMu. Berilah aku pahala dari cobaan ini. Dan berikan aku ganti yang lebih baik.”
Langit jingga menemani laju mobil yang membawaku. Langit jingga menemaniku melangkah untuk terus melaju ke depan. Langit jingga di kotamu. Langit jingga ini yang akan membawaku selalu kembali ke sini.