Sabtu, 21 Juni 2008

Plesiran Tempoe Doeloe

Minggu, 15 Juni 2008. Pagi-pagi, aku telah siap untuk meluncur ke arah Jakarta Kota. Meskipun pagi ini diguyur oleh gerimis dan langit diselimuti mendung. Tapi semua itu tidak menyurutkan semangatku untuk tetap keluar dari pintu rumahku. Sempet terpikir juga, apakah acara ini gagal atau tetep jalan ya?. Untung sekali kakakku yang baik hati mau meluangkan waktunya untuk mengantarkanku dengan mobil sampai ke halte Selapa. Rupanya dia tak tega membiarkan adeknya ini kehujanan.

Halte Selapa sudah ramai dengan orang yang menunggu transportasi public yang paling populer di Jakarta ini yaitu apalagi kalo bukan bis. Tapi aku tidak bisa langsung naik bis karena aku harus menunggu salah seorang temanku yang akan bersamaku mengikuti acara ini. Lumayan lama, akhirnya dia datang juga. Dan meluncurlah kami, kami naik bis bianglala 76 dan akhirnya turun di ratu Plaza dan disambung naik Busway hingga kota.

Di Busway, dingin AC ditambah dinginnya pagi ini. Sambil berharap-harap cemas, apakah acaranya tetep diadakan atau batal atau jangan-jangan gak ada yang datang ya. Ah sudah lah. Sesampainya di Museum Mandiri, lebih terkejut lagi. Lho sepeda onthelnya mana? Karena di event ini kita akan keliling kota tua naik sepeda. Lha kok? Tapi oke lah kita lihat saja nanti. Tapi setelah masuk museum mandiri wow....ternyata sudah rame dan mematahkan semua keraguanku.

Acara dimulai dengan registrasi dan kemudian kami menutuskan untuk keliling museum mandiri sebentar. Hmmm gerimis masih mengguyur Jakarta Kota, terpaksa akhirnya panitia merubah jadwal acara hari ini. Kita dikumpulkan di ruang serba guna Museum Mandiri untuk acara pembukaan dan juga mendengarkan kisah tembok tua Jakarta. Pada jaman dulu, pada saat Belanda menduduki kota Batavia yang sekarang bernama Jakarta, mereka membangun benteng atau tembok kota di sekitar kastil mereka untuk menghindari atau melindungi diri tentara cirebon, banten Mataram dan lainnya.

Setelah gerimis mulai reda, akhirnya kami mulai perjalanan kami dengan sepeda onthel menuju museum bahari. Baru kali ini aku ke museum bahari, yang letaknya berada di tengah Pasar Ikan. Tragis sekali kondisi Museum Bahari ini menurutku. Jaman dahulu tempat ini adalah gudang senjata Belanda. Tidak banyak yang bisa aku lihat di Museum ini hanyalah bangunan tua yang tersisa.Bangunan tua di museum Bahari ini sebenernya cantik. Daun pintu dan jendelanya, rangkanya penyanggah gedung yang berwarna coklat dari kayu. sangat eksotik menurutku.

Di Museum bahari, kami mendengar informasi dan cerita tentang VOC. VOC datang ke Indonesia sebenernya awalnya hanyalah untuk "REMPAH-REMPAH" di Eropa rempah-rempah merupakan barang yang paling mahal. Para awak kapalnya berani menempuh perjalanan panjang dengan kemungkinan hidup cuman 50 % hanya karena itu segenggam rempah-rempah. Dan bangsa kita kaya akan rempah-rempah itu. Akhirnya VOC mendirikan kantor di Batavia ini. Batavia menurut informasi Meneer Nico Van Horn, adalah nama sebuah bangsa yang disebut batave yaitu bangsa di eropa yang terkenal sombong dan Belanda merasa seperti layaknya bangsa itu. Selain itu juga diceritakan dimana letak pertempuran-pertempuran Belanda melawan Mataram yang saat itu dipimpin oleh Sultan Agung. Adakah yang tahu Sultan Agung sebenernya, mungkin dia adalah seorang pahlawan nasional. Tapi tahukah jika untuk berperang dengan Belanda dan menguasai nusantara ini dia membunuh ratusan ribu tentaranya yang kalah perang?

Kastil Tuan dan Nyonyah VOC
Di Kawasan yang dilindungi oleh benteng kota ada sebuah kastil tempat tuan dan nyonyah VOC berhuni. Tapi dalam pembangunan kastil ini mereka tidak mempedulikan kondisi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat jelas dari bentuk bangunannya. Belum lagi cara busana tuan and nyonyah yang masih berbusana ala eropa ( hmmm apa gak gerah ya, di Batavia gitu loh, pake baju tumpuk-tumpuk ). Menurut mereka, cara busana bangsa kita saat itu adalah cara busana orang yang biadab. ( hmmmm siapa yang biadab ya sebenernya). Hal ini juga lah yang membuat mereka sering sakit. Dan diketahui JP Coen sakit karena terkena mutaber, karena sistem pembuangan ditutup oleh prajurit Mataram.

Plesiran Tempoe Doeloe diakhiri di Museum Mandiri, dengan makan siang. Yammy, enaknya makan di waktu lapar. Apalagi kalo lihat temanku makan dengan lahapnya, sangkin lahapnya, sampek kurang dan akhirnya jatahku dilahap juga. Hehehehehe.

Tidak ada komentar: