Sabtu, 30 Agustus 2008

Akhirnya datang juga

Akhirnya HUJAN datang juga.

Sudah terlalu panas aku rasakan di kota ini.

Ingin kesejukan yang menyirami hati.



Musim hujan datang lagi,

ingin aku bertemu pelangi,

menciumnya harumnya bau tanah basah,

basah oleh gerimis,

terselimuti mendung yang gelap tapi indah,

angin yang berhembus sekalipun dingin,

nyanyianmu yang awalnya riang and kemudian menjadi gemuruh,


Akhirnya HUJAN datang juga, hujan selalu mengingatkan aku pada sebuah kenangan yang takkan pernah lekang oleh waktu. Meskipun Petirnya, bergemuruh, menyambar

Kau akan selalu kurindu

Rabu, 27 Agustus 2008

Warisan dari Bapak-bapak kita


Jangan heran kalo kita lihat KRL di Jabotabek tiap hari penuh sesak oleh penumpang. Terutama di atas kereta. Pemandangan yang sudah lazim sepertinya buat para pengguna jasa KRL Jabotabek. Penumpang yang tidak kebagian kursi akan berdiri dan berjubel-jubel di dalam kereta, sementara yang tidak kebagian di dalam kereta akan bergelantungan di depan pintu, di antara sambunagn kereta bahkan di atas atap kereta. Pernah hal ini disorot oleh sebuah program televisi swasta. Karena bahayanya naik di atas kereta ini. Jawaban dari para penumpang beragam ada yang karena tidak mendapatkan tempat duduk di dalam, sampai dengan alasan biar kelihatan gagah. Sekalipun telah ditertibkan oleh petugas stasiun tapi lagi...lagi....dan lagi diulangi lagi. Sekalipun telah menelan korban tapi sepertinya mereka tidak pernah jera dan sadar.

Saya sangat resah sekali dengan sikap sebagian penumpang ini, bagaimana tidak karena ini akan sangat membahayakan jiwa mereka sendiri tapi mereka tidak mau peduli. Tapi setelah saya mengikuti suatu event yang saat itu mengambil tema Stasiun dan diperlihatkan bagaimana perkeretaapian Indonesia tempo doeloe dan ada sebuah foto yang ternyata penumpang naik ke atas atap kereta itu bukan masalah saat ini saja. Namun pada jaman dulu pun ternyata sudah terjadi. Akhirnya saya berpikir ternyata itu adalah perbuatan warisan dari bapak-bapak kita. Ternyata bangsa kita yang terkenal susah diatur ini adalah warisan leluhur kita. Ternyata kita mewarisi sikap buruk bangsa kita tempo doeloe. Kalo sudah tahu demikian, bagaimana sikap kita apakah mau tetap mengikuti sikap buruk warisan pendahulu kita atau mau berusaha memperbaikinya agar kita menjadi bangsa yang besar, bersikap lebih santun dan lebih mudah diatur. Keputusan ada di tangan anda?

Selasa, 19 Agustus 2008

Ijinkan aku membahagiakannya

Ya Allah, ijinkan aku membahagiakan seseorang yang telah begitu besar jasanya padaku, dari mulai dalam kandungan hingga detik ini. Doa yang selalu tak putus-putus dari bibirnya untuk semua anak-anaknya. Mata yang yang tak pernah terpejam di sepertiga malamMu. Kasih sayangnya yang mengalir bak anak sungai yang tiada pernah pengering.

Ya Allah, ijinkan aku membahagiakan ibuku, karena hanya Kau yang mengetahui rahasia umur kami. Sebelum waktu berhenti, sebelum kami terpisah oleh ruang dan waktu. Ijinkan aku membuat ukiran senyuman kebahagiaan di wajahnya, kelegaan dalam hatinya.

Ya Allah, yang aku tahu saat ini aku punya sebuah PR besar untuk bisa membahagiakan ibuku, tapi aku tak mampu melakukannya dan aku tak mampu memutuskannya. Dan hanya kekuasaan dari Mu yang dapat mewujudkannya.

Ya Allah, Ijinkan aku membahagiakannya.

Karena Allah Sayang Aku

Mata yang bengkak karena airmata membuat aku memejamkan matanya sejenak sebelum aku beranjak dari tempat tidur. Badanku lemah, lemas, panas.
“ Sayang, Kalo memang masih sakit jangan dipaksakan untuk turun dari tempat tidur”. Kata ibunya yang tiba-tiba bangun-bangun dari sofa.
“ Gak papa kok bu, saya mau ke kamar mandi.”
Dituntun tangan kiriku oleh Ibunya, sedangkan tangan kananku harus memegang botol infuse yang jarumnya yg masih menusuk pergelangan tanganku. Butuh cukup waktu di kamar mandi karena sangatlah susah harus membuang hajat dengan kondisi seperti itu. Setelah dari kamar mandi aku kembali ke tempat tidurnya. Sudah dua hari ini harus istirahat di Rumah Sakit Kariadi Semarang Ruang Cenderawasi kelas 1, karena ternyata aku kena demam berdarah. Penyakit yang sangat aku benci, karena penyakit inilah yang telah merenggut nyawa suamiku dan kini akupun sedang sekarat berjuang untuk lepas dari penyakit ini. Kubaringkan tubuh kurusku dikasur. Pergelangan tanganku mulai pegang karena jarum infuse dan mungkin karena aku sering gerak, aku lihat darah diujung jarum. Sakit..sakit..sakit..tidak hanya pergelangan tanganku saat ini tapi hati ini, seperti harus menahan batu besar dan rasanya aku berteriak. Airmataku menetes lagi, kuusap dengan tangan kiri.
“ Sudahlah sayang, jangan menagis terus. Direlakan saja. Kamu tahu kalo kamu menangis akan menghambat perjalanannya. “
Tapi apakah aku tidak boleh menangis sedih karena kematian suamiku, haruskan kutahan ini semua, sementara dadaku mulai sakit menahan sesaknya dorongan dari dalam hatiku yang seakan ingin mengedor pintu kepiluanku.
“ Istighfar, sayang. Istighfar!”
Tangisku mulai meledak, kurangkul erat tubuh ibuku. Tidak henti-hentinya ibuku mengucapkan Istighfar, untuk mengingatkanku.
“ Astagfirullahal adzin, astagfirullahaladzin….”
Tapi bibirku begitu kelu untuk mengucapkannya, hingga akhirnya Ayahku mendengar jeritan tangisku masuk ke dalam kamarku.
“ Istighfar !!! tidak sepantasnya seorang Muslim yang kehilangan sesuatu harus menangis dan berteriak seperti itu. “ Suara kerasnya membuat aku menurunkan suara jeritanku.
“ Kamu masih punya iman kan? Istigfar kamu!
Kemarahan Ayahku meledak. Tangisku mereda dan kucoba mengucapkan Istigfar.

Seribu pertanyaan hadir didalam benakku, mengapa harus aku yang mengalami, mengapa hal ini terjadi padaku, mengapa suamiku harus pergi di hari kebahagian kami, mengapa….mengapa….mengapa…..? Airmataku menetes lagi sekalipun masih bisa aku tahan. Astagfirullah….astagfirullah….astagfirullah dan dari ribuan pertanyaan ku ini hanya satu jawabannya yaitu Karena Allah Sayang Aku

Politik.....

Aku bukan pengamat politik, aku juga gak ngerti-ngerti amat masalah politik. Tapi aku sering melihat berita tentang politik dan kemudian gregetan sama orang2 politik. Kadang gak habis pikir dengan mereka. Sebenarnya apa yang mereka mau, apa yang mereka pikirkan, apa yang ada dibenak mereka benar2 kadang membuat aku gregetan.

Tidak kah mereka tahu bahwa segala sesuatu di muka ini nantinya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT, Tidak kah mereka sadar bahwa yang di dunia ini fana.
Benar-benar tidak habis pikir aku jadinya.

Kamis, 14 Agustus 2008

Puisi Untuk Pencari Cinta

Duhai jiwa yang mendamba jiwa
Bangunlah dari mimpimu
Sadarlah dari mabukmu
Jangan kau tuang lagi anggur cintamu

Duhai sukma yang menderita
Didera oleh rasa perih yang mendalam
Jauhkan dirimu dari api cinta
Panasnya telah membakar jiwamu

Duhai pencari cinta sejati
Pengembara tanpa arah dan tujuan
Berhentilah sesaat
Renungkanlah sejenak

Tiada cinta melebihi cinta-Nya
Tiada kasih melebihi kasih-Nya
Dia-lah kekasih sejati
Samudera cinta yang takkan habis

In memoriam Andi Kuswandi

Kamis, 07 Agustus 2008

Surat untuk Adinda

Adinda,
apa yang sedang kau cari?
Kau lalui hari tanpa henti,
Kau bergerak laksana angin.

Adinda,
Aku tahu kesedihanmu,
Aku tahu penderitaanmu,
Aku tahu kegusaraanmu,

Adinda,
Kau sembunyi dari balik ketegaran semumu,
Aku melihat airmatamu,
yang selalu kau seka di balik punggungku,

Adinda,
Kau sedang mencari sesuatu,
sesuatu yang hilang dari hidupmu,
sesuatu yang indah yang menghiasi senyum dibibir indahmu,

Adinda,
Berjalanlah sejauh kau mau,
Berlarilah secepat kau inginkan,
Berhembuskan segala penjuru,
Mungkin dengan ini kau akan dapatkan apa yang kau cari