Rabu, 27 Agustus 2008

Warisan dari Bapak-bapak kita


Jangan heran kalo kita lihat KRL di Jabotabek tiap hari penuh sesak oleh penumpang. Terutama di atas kereta. Pemandangan yang sudah lazim sepertinya buat para pengguna jasa KRL Jabotabek. Penumpang yang tidak kebagian kursi akan berdiri dan berjubel-jubel di dalam kereta, sementara yang tidak kebagian di dalam kereta akan bergelantungan di depan pintu, di antara sambunagn kereta bahkan di atas atap kereta. Pernah hal ini disorot oleh sebuah program televisi swasta. Karena bahayanya naik di atas kereta ini. Jawaban dari para penumpang beragam ada yang karena tidak mendapatkan tempat duduk di dalam, sampai dengan alasan biar kelihatan gagah. Sekalipun telah ditertibkan oleh petugas stasiun tapi lagi...lagi....dan lagi diulangi lagi. Sekalipun telah menelan korban tapi sepertinya mereka tidak pernah jera dan sadar.

Saya sangat resah sekali dengan sikap sebagian penumpang ini, bagaimana tidak karena ini akan sangat membahayakan jiwa mereka sendiri tapi mereka tidak mau peduli. Tapi setelah saya mengikuti suatu event yang saat itu mengambil tema Stasiun dan diperlihatkan bagaimana perkeretaapian Indonesia tempo doeloe dan ada sebuah foto yang ternyata penumpang naik ke atas atap kereta itu bukan masalah saat ini saja. Namun pada jaman dulu pun ternyata sudah terjadi. Akhirnya saya berpikir ternyata itu adalah perbuatan warisan dari bapak-bapak kita. Ternyata bangsa kita yang terkenal susah diatur ini adalah warisan leluhur kita. Ternyata kita mewarisi sikap buruk bangsa kita tempo doeloe. Kalo sudah tahu demikian, bagaimana sikap kita apakah mau tetap mengikuti sikap buruk warisan pendahulu kita atau mau berusaha memperbaikinya agar kita menjadi bangsa yang besar, bersikap lebih santun dan lebih mudah diatur. Keputusan ada di tangan anda?

Tidak ada komentar: